Jumat, 01 April 2016

Ngeblog: Ilmu, Pengalaman, Silaturahmi, dan Katarsis



Aku termasuk orang yang pilih-pilih ketika menghadiri acara blogger. Sebabnya banyak. Pertama, karena aku seorang karyawan, jelas aku mempertimbangkan waktu. Acara Blogger saat jam kerja tidak mungkin aku ikuti, kecuali urgen sekali bagiku (misal diajak jalan-jalan gratis ke luar kota. Hehe). Kedua, kefektifan ilmu yang kudapat. Suatu waktu ada acara workshop video blogging yang kebetulan tempatnya dekat dengan tempat tinggalku. Karena sebelumnya aku pernah ikut acara blogger yang juga membahas video blogging, aku tidak tertarik ikut acara itu meski pembicaranya sangat terkenal di kalangan blogger. Lah, ilmu yang kudapat sebelumnya saja belum kuaplikasikan. :D
Menempuh perjalanan Jogja-Jakarta naik kereta demi mendukung adik-adik penderita kanker. Ngeblog bukanlah soal materi.
Ketiga, apa manfaat yang kudapat? Manfaat di sini tidak hanya materi, melainkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan silaturahmi. Andaipun dapat materi, itu adalah bonus. Beberapa waktu lalu aku mengikuti acara blogger. Niat ikut acara itu adalah untuk mencari pengalaman dan pengetahuan. Sampai hampir penghujung acara, aku sangat puas mengikuti berbagai tahapan pematerian dari beberapa pemateri. Ada pengetahuan baru yang kudapat. Ada rasa buncah di hatiku setiap mendengarkan dan menyimak setiap yang disampaikan pemateri tentang paham kebangsaan. Ketika di akhir acara diberi bonus uang saku yang lumayan sekali, siapa yang tidak kaget? Alhamdulillah, uang itu terpakai untuk ongkos mudik. ^_^
Jadi, materi bukanlah hal yang utama. Sama halnya ketika seorang blogger yang baru kukenal bertanya, “Sudah dapat job review apa?” Deg! Rasanya gimana gitu ditanya seperti itu. Maksudnya, masalah job review itu jauh dari pikiran dan niatku ngeblog. Jika tujuanku ngeblog untuk mencari materi (baca: uang), tentu aku tidak akan menunda-nunda menjadi blogger sejak dulu. :D Aku baru aktif ngeblog tahun 2015 meski blog sudah kubuat sejak tahun 2013. Dalam kurun waktu itu aku tidak berstatus karyawan alias menganggur di rumah. Banyak waktu yang kupunya jika niat awalku ngeblog untuk mencari uang. Lah, kok bisa aktif ngeblog lagi saat berstatus karyawan?
Aku seorang editor di sebuah kantor penerbitan. Itu, lho, yang tugasnya memelototi tulisan orang, ditambah, dikurangi, bahkan kadang dirombak sampai 90%. Susah-susah gampang jadi editor itu. Seorang teman pernah berkata, “Jadi editor itu tidak produktif. Sulit mencari seorang editor yang juga seorang penulis produktif. Makanya, aku tidak mau jadi editor.”
Pernyataan dia ada tepat dan ada kelirunya. Tepatnya, kenyataannya memang ada beberapa editor seperti itu. Kelirunya, editor otomatis seorang penulis. Memperbaiki bahkan merombak tulisan orang hingga layak terbit kalau bukan berjiwa penulis, lantas berjiwa apa? Bedanya, kalau penulis tertulis namanya sebagai penulis, sedangkan editor posisinya ya sebagai editor di sebuah buku terbit.
Nah, ngeblog pun kujadikan sebuah media untuk terus produktif sebagai penulis. Percaya atau tidak, sebelumnya aku enggan menulis artikel, opini, dan sebagainya. Aku dulu melabelkan diri sebagai penulis fiksi (puisi dan cerpen). Lewat bloglah aku mengasah kemampuan menulis artikel. Caranya simpel ternyata, tulislah apa yang kaupikirkan, apa yang kaurasakan, dan apa yang kaulihat, dari hati terdalam. Apalagi ngeblog itu tidak sekaku dan sebaku tulisan jurnalis di media mainstream. Ngeblog adalah cara untuk berkatarsis seperti halnya katarsis lewat menulis puisi. Setiap aku selesai menulis puisi, rasanya hati ini plooong. Begitu pun setiap selesai menulis postingan di blog, hati senangnya tak terkira.
Menulis di blog sering disebut juga menulis di dunia maya. Interaksinya lebih banyak di dunia maya, baik lewat saling berkomentar di blog ataupun di media sosial. Dunia blogging semakin berkembang. Blogger tidak lagi dipandang sebelah mata. Kedudukannya nyaris sama dengan jurnalis. Ini terbukti dari banyaknya acara yang mengundang para blogger. Bahkan, banyak kementerian RI yang melibatkan blogger di setiap acaranya. Interaksi para blogger pun tak sekadar lewat dunia maya, melainkan di dunia nyata.
Ada beberapa tawaran acara blogger dari luar kota membuatku harus pintar memilah acara yang penting kuhadiri. Pertimbangannya soal waktu dan biaya. Wih, kalau mau menurutkan nafsu, bisa setiap minggu menghadiri undangan acara blogger di Jakarta. Ngiler rasanya melihat undangan acara blogger di beberapa grup Facebook.
Sebelum memilih hadir di sebuah acara, yang kupertimbangkan adalah seimbangkah biaya dan waktu yang kuluangkan dengan ilmu dan pengalaman yang kudapat? Itu saja, sih. Cara mengukur keseimbangannya gampang. Tinggal ditaruh di alat timbang, eh! :D Cara mengukurnya, tanyakan ke hati nurani masing-masing. Menghadiri acara yang biasanya kita suka meski mengeluarkan biaya banyak, akan membuat hati bahagia. Dapat ilmu, tambah teman, dan silaturahmi terjalin erat. Betul tidak?
Salam.

Jogja, 020416

Tidak ada komentar:

Posting Komentar