Jumat, 11 April 2014

Membedakan Awalan dan Kata Depan "di" dan "ke"

PENULIS adalah barometer perkembangan bahasa Indonesia. Jika penulis sendiri tidak berusaha memperbaiki kaidah bahasanya, bagaimana nasib pembaca? Pembaca yang kurang memahami kaidah penulisan yang benar dan pembaca yang sedang belajar menulis pasti akan "tersesat" jika membaca tulisan yang banyak keliru kaidah bahasa. Kaidah bahasa seperti tanda baca, EYD, dan kalimat efektif, adalah hal dasar yang harus dikuasai. Sebab itulah, penulis yang "sadar diri" lemah dalam kaidah bahasa, mengandalkan seorang editor. Hmmm..., yang jadi masalah itu jika penulis "tidak sadar diri" meskipun disiram dengan oli, eh, dikoreksi.
        Teori bahasa Indonesia tentang awalan (prefiks) dan kata depan sudah diajarkan sejak kita sekolah dasar. Namun, dalam praktiknya, masih banyak orang Indonesia keliru menuliskannya. Sebenarnya tata bahasa Indonesia itu sangat mudah. Sayangnya, banyak yang lebih dulu mengatakan "bahasa Indonesia sulit", jadi bahasa Indonesia menjadi pelajaran menakutkan bagi siswa.

        Cara membedakan awalan dan kata depan "di" dan "ke" itu sangat gampang. Awalan "di" berfungsi membetuk kata kerja pasif. Namanya "membentuk kata", berarti akan menjadi satu kata dan terikat. Penulisannya harus disambung dengan kata setelahnya atau tanpa spasi. Contoh:

1. Sebelum dimakan, ikan harus dimasak. >>> awalan "di" + kata kerja "makan" = "dimakan" (kata kerja pasif)
2. Ayah dimakamkan di Tanah Kusir. >>> awalan "di" + kata benda "makam" + akhiran "kan" = "dimakamkan" (kata kerja pasif)

         Fungsi awalan "ke" lebih banyak lagi. Selain berfungsi membentuk kata kerja (verba),  awalan "ke" juga berfungsi membentuk kata benda (nomina) dan jumlah/tingkat/urutan (numeralia). Contoh:

1. Polisi kehutanan menangkap penebang liar. >>> awalan "ke" + kata benda "hutan" + akhiran "an" = "kehutanan" (nomina).
2. Ibu kesandung batu. >>> awalan "ke" + kata kerja "sandung" = "kesandung" (kata kerja)
3. Ketiga anakku berlibur ke Jakarta. >>> awalan "ke" + kata angka "tiga" = "ketiga" (tingkat/urutan).
4. Kakek ditemukan pada hari keseratus lima puluh tiga.
Apabila "ke" bertemu dengan bilangan angka, penulisannya harus dipisah dengan tanda hubung dan tanpa spasi. Contoh: ke-12, ke-125, ke-1000.

        Kata depan "di" dan "ke" adalah kata yang berfungsi sebagai penunjuk kata tempat/waktu. Menurut KBBI, "kata" adalah satuan bahasa yg dapat berdiri sendiri. Dari pengertian tersebut, bisa dipahami "kata depan" adalah kata yang berdiri sendiri dan penulisannya harus dipisah dari kata setelahnya (dengan spasi). Contoh:

1. Aku melihat seorang anak menangis di makam. >>> Kata depan "di" bertemu kata "makam", maka ditulis "di makam" (menunjukkan keterangan tempat).

2. Ayah pergi ke hutan. >>> Kata depan "ke" bertemu kata "hutan", maka ditulis "ke hutan" (menunjukkan keterangan tempat).
3. Dia pasti datang di hari itu. >>> Kata depan "di" bertemu dengan kata "hari", maka ditulis "di hari" (menunjukkan keterangan waktu). Penggunaan kata depan "di" sebagai keterangan waktu biasanya digunakan dalam bahasa percakapan.

4. Paman menemukan uang di bungkus nasi. >>> Kata depan "di" bertemu kata benda "bungkus", maka ditulis "di bungkus" (menunjukkan keterangan tempat).
Bedakan dengan kalimat ini: "Nasi uduk dibungkus dengan daun pisang." >>> "di" di sini adalah awalan. "dibungkus"  adalah kata kerja pasif dari "membungkus". Penulisannya harus tanpa spasi. Jadi, perhatikan perbedaan konteksnya, ya.

        Penjelasan di atas teori saja. Tinggal praktiknya yang harus sering dilatih. Sering-sering latihan dari hal ringan, misal menulis SMS, menulis status Facebook, menulis komentar, dan sebagainya. Seperti kata pepatah: "Alah bisa karena biasa". Sesuatu yang dianggap sulit jika dijadikan kebiasaan akan menjadi mudah.

Bjm, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar