Minggu, 05 Juli 2020

Pentingnya Pengetahuan Gizi Anak bagi Calon Ibu dan Calon Ayah


“Kok dikasih kental manis sih? Susunya habis?” tanyaku beberapa tahun lalu ke seorang saudara yang sedang menuangkan kental manis ke botol dot anaknya. Si anak baru berusia 3 tahunan.
“Nggak apa-apa. Kan susu juga,” jawabnya.
“Emang boleh? Kan manis banget,” sahutku.


Dulu aku tidak tahu apa-apa perihal kental manis. Aku diam saja dan tidak memberikan penjelasan apa pun. Nah, beberapa tahun kemudian baru aku ngeh. Kental manis bukanlah susu, melainkan gula yang dikasih sedikit susu. Jadi, kandungan gulanya lebih banyak.

Orang tua (ayah dan ibu) harus “melek” pengetahuan gizi dan nutrisi dan anak, khususnya soal makanan dan susu yang tepat diberikan sesuai usia anak. Dari pengalamanku di atas, jelas saudaraku itu tidak mengetahui perihal kental manis yang ternyata bukan susu. Konsumsi kental manis pada anak usia bayi dan balita sangat berdampak pada kesehatannya, lho. Misalnya, menyebabkan penyakit diabetes, obesitas, dan stunting.


Stunting ini permasalahan yang sering terjadi. Stunting adalah gagal pertumbuhan tubuh dan otak anak sebab kekurangan gizi. Di dunia, 1 dari 3 anak mengalami stunting, di 3 wilayah. Di Indonesia, angka stunting lumayan tinggi, yaitu peringkat ke-5 di dunia (berdasarkan data tahun 2013). Stunting ini mempengaruhi kesehatan anak. Dampaknya, anak mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, mengalami penyakit pola makan, fungsi tubuh tidak seimbang, serta postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.


Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya stunting? Menurut Dr. Tria Endah Astika Permatasari, ada 3 kunci utama mencegah stunting, yaitu pola asuh, asupan makanan, dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Pola asuh mencakup sehatnya psikologis orang tua dan anak serta pengetahuan gizi. Asupan makanan mencakup tercukupinya gizi yang seimbang dan cara mengolah makanan yang tepat. PHBS ini mencakup ketersediaan air bersih, selalu mencuci tangan, dan jamban keluarga.

Dalam webinar Nutrisi Keluarga tanggal 30 Juni 2020 kemarin, Vera Itabiliana Hadiwdjojo, S.Psi. menyampaikan pentingnya kesehatan psikologis orang tua (ayah dan ibu) dalam dunia parenting. Terutama si ibu. Cukup banyak ibu yang mengeluhkan permasalahan mental pasca melahirkan. Di keseharian kita pun sering menemukan ayah dan ibu yang sepertinya “belum siap” memiliki anak. Kesiapan ini tentu saja dimulai dari ayah dan ibu dulu. Orang tua perlu sehat mental dan fisik dulu untuk mengasuh si anak.

Berikut dijelaskan secara rinci mengenai cara pengolahan makanan yang tepat.


Tidak hanya pengetahuan gizi anak, seorang ibu juga harus tahu nutrisi untuknya sendiri selama mengandung. Seperti yang kita ketahui, 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) itu berperan penting untuk menghasilkan generasi emas. 1.000 HPK dimulai saat janin di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.

DR. Dr. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A.,MARS mengemukakan, calon ibu harus memenuhi kebutuhan gizinya serta janin di dalam kandungan. Gizi lengkap yang diperlukan adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, serta air. Selama di dalam kandungan, janin memerlukan asam folat, vitamin D3, vitamin D6, zat besi, serta gizi lengkap di atas. Tentu saja, si ibu harus rutin memeriksakan kandungannya selama hamil minimal 4 kali.

Bagi calon ibu dan calon ayah, yuk persiapkan dari sekarang demi melahirkan calon generasi emas 2045 yang sehat dan berkualitas. Ayah dan ibu yang siap dan sehat akan menghasilkan generasi yang sehat pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar