Puasa itu menahan, bukan bersikap manja
Puasa itu nafsu yang ditawan, bukan menawan mata pencaharian
Puasa itu tak usah cari perhatian dengan aturan-aturan basi
Sampai kapan ibadah dan agama dijadikan topeng saja?
Sementara keimananan bersosial semakin miskin
Dan puasa tak lebih sebagai ritual kelaparan dan kehausan
Sini lihatlah, pak petugas
Si ibu berjualan nasi di siang hari karena memang dia cari duit lewat jualan makanan
Jika menghormati orang berpuasa dijadikan alasan, aku protes
Aku malu, aku kehilangan muka
Aku pun bertanya pada diriku sendiri
Sudahkah aku berpuasa?
Benarkah aku berpuasa?
Jangan-jangan selama ini aku sekadar mengubah jam makan
Jangan-jangan selama ini puasaku tak lebih mengisi jadwal tahunan
Ya, puasaku cuma memejamkan mata, tertidur, lalu terbangun saat orang-orang bebas menyajikan makanan
Puasaku cuma sibuk berlipstik merona merah, sedangkan hatiku hitam legam
Puasa itu...
Benarkah aku puasa, Tuhan?
Bermacam-macam makanan terhidang di depan mata
Kolak, es buah, puding, dan nasi kuning
Kulahap semua tanpa sisa
Kerakusan membuatku lupa ada mulut-mulut di luar sana yang terpaksa menahan liur menatap pedagang kaki lima
Sikapku sok puasa membuatku buta dan tuli pada jerit tangis bocah gelandangan
Aih, bahkan puasaku telah menjadi pembunuh tubuh-tubuh yang payah
Puasa itu...
Aku malu mengaku puasa, Tuhan
Jogja, 110616
Tidak ada komentar:
Posting Komentar