Selasa, 19 April 2016

Memilih Kursi yang Tepat Seperti Memilih Pasangan Hidup



Kursi punya banyak makna, bisa denotasi dan konotasi. Secara konotasi, kursi berkaitan dengan kedudukan, kekuasaan, dan jabatan. Tengoklah wakil-wakil rakyat di Senayan, mereka saling berebut kursi dengan cara masing-masing, ada yang manis, cantik, ganteng, munafik, dan ada juga yang masa bodoh. Secara denotasi, kursi adalah benda yang yang mempunyai kaki dan sandaran, dijadikan untuk tempat duduk. Semua sudah tahu, lah. Apa beda kursi dan bangku? Keduanya sama-sama punya kaki, tapi kalau bangku tidak punya sandaran. Kali ini saya tidak mau membicarakan kursi di Senayan. Malas ah, tidak ada geregetnya.
Ah, saya meracau apa ini. Kenapa menjelaskan sesuatu yang sudah diketahui banyak orang. Eh, mungkin saja ada yang belum tahu. Iya toh? Semakin maju peradaban manusia, kursi semakin banyak jenisnya. Ada kursi belajar, kursi tamu, kursi ruang tunggu, kursi kantor, kursi makan, kursi teras, dan sebagainya. Masing-masing kursi didesain sesuai fungsinya. Kursi teras didesain sedemikian rupa agar anggota keluarga lebih nyaman bercengkerama.
Kursi kantor lebih spesifik lagi. Banyak desain kursi kantor yang disesuaikan berdasarkan fungsi dan jabatan si karyawan. Lihat saja di kantor-kantor, ada perbedaan yang mencolok antara kursi direktur, manajer, karyawan biasa, resepsionis, dan kursi tamu. Semakin tinggi status pekerja kantoran, semakin mewah kursinya. Apakah jenis kursi kantor hanya berdasarkan kemewahan dan jabatan? Tentu tidak itu saja. Segi fungsi dan manfaatnya jelas menjadi bahan pertimbangan. 
Disediakan kursi malah selonjoran di lantai. :D Peserta workshop menulis puisi beberapa bulan lalu.
Secara tidak tertulis (atau saya yang tidak tahu apakah sudah ada aturan baku atau tidak), penyediaan kursi kantor untuk karyawan mesti dipertimbangkan secara matang, apakah layak atau tidak? Rata-rata jam kerja kantor adalah delapan jam setelah dipotong masa istirahat makan siang. Duduk selama itu apakah punggung kita baik-baik saja?
Berdasarkan penelitian dan berdasarkan pengalaman banyak orang, banyak penyakit yang ditimbulkan karena bekerja full duduk di kursi. Penyakit itu antara lain nyeri punggung, nyeri leher, nyeri tangan dan jemari, gangguan jantung, obesitas, dehidrasi, ambeyen, dan sebagainya. Bagaimana cara mengatasi berbagai penyakit tersebut?
Pertama, banyak minum air putih selama bekerja. Selalu sediakan air putih di meja.
Kedua, sering-seringlah bergerak. Usahakan sejam sekali bangkit dari kubur, eh kursi. Gerakkan tubuhmu dengan senam sederhana. Bisa lari di tempat, push up di tangga, memutari ruangan kantor, dan lain-lain.
Ketiga, jangan terlalu banyak makan camilan. Wah, ini bahaya, lho. Camilan memang sangat berguna untuk mengurangi kantuk atau stres. Tapi, kalau berlebihan tidak bagus juga untuk kesehatan. Bisa-bisa jadi obesitas.
Keempat, posisi mouse jangan terlalu jauh dari jangkauan. Aturlah supaya jemarimu menggenggam mouse lebih rileks.
Kelima, nah ini yang penting. Kursi. Karyawan bekerja tidak hanya satu atau dua jam atau sehari dua hari saja, melainkan berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun. Pemilihan kursi yang sesuai dengan postur tubuh sangat penting. Jika kursi yang kita gunakan terlalu besar atau terlalu kecil, ini tentu tidak baik. Kursi terlalu kecil menyebabkan posisi tubuh kita “terpaksa” duduk. Kursi terlalu besar malah membuat ngantuk. :D Pilihlah kursi yang punya alas dan sandaran yang empuk.
Pernah sakit leher karena salah posisi tidur? Orang tidur saja bisa salah posisi, apalagi sedang duduk. Salah posisi disebabkan karena keliru memilih kursi yang pas.  Biasanya, perusahaan punya standar sendiri dalam menentukan jenis kursi untuk karyawan. Apakah standar kursi disesuaikan dengan budget perusahaan? Jawabannya, antara iya dan tidak. Perusahaan memang punya hak dia mau mem-budget berapa pun untuk kursi, tapi perusahaan juga punya kewajiban memperhatikan standar kelayakan dan kesehatan karyawan.  Tentunya, dengan kursi yang nyaman diduduki, nyeri punggung dan nyeri leher berkurang, tidak dibayang-bayangi penyakit tulang punggung, serta tidak perlu pijat dua minggu sekali. Bukankah memilih kursi yang tepat sama dengan memilih pasangan hidup? Uhuk! Salam.

Jogja, 190416

Tidak ada komentar:

Posting Komentar