Senin, 28 Maret 2016

Mempersiapkan Generasi Inovatif dalam Persaingan Ekonomi



Topik Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community menghangat sejak tahun 2015. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tak terlepas dari perkembangan teknologi, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat di dunia. Persaingan akan semakin terasa, terutama bagi para sarjana yang sedang mencari kerja.
Sumber: slcmarketinginc.com

           Saya pikir, rakyat Indonesia mesti lebih siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jika selama ini masih banyak masyarakat yang beranggapan ijazah itu nomor satu, mulai sekarang buang jauh pikiran itu. Jika selama ini terjebak pikiran seorang sarjana lebih baik jadi PNS, buang jauh-jauh pikiran itu. Mengapa? Zaman sekarang, yang dicari adalah kualitas sumber daya manusia atau keterampilan. Ijazah sarjana tentu penting, tapi harus ditunjang oleh peningkatan sumber daya manusia.
Memang, lulus kuliah dengan IP bagus sama sekali tidak menjamin kualitas seseorang. Apalagi dengan berkembangnya teknologi dan media komunikasi, menjadi seorang sarjana harus punya keahlian dan keterampilan yang mumpuni. Dihadapkan pada persaingan kerja, membuat para mahasiswa harus terlatih bersaing sejak awal.
Dengan adanya keterampilan dan keahlian, daya konsumtif masyarakat pun berkurang. Seperti diketahui bersama, Indonesia termasuk negara berkembang dengan daya konsumtif tinggi. Banyak barang impor yang masuk ke Indonesia, sedangkan sedikit sekali barang ekspor Indonesia menyebar ke luar negeri. Sementara, peringkat daya saing dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia juga masih rendah dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Mengapa saya mendukung MEA? Semua itu tidak lain karena Indonesia harus mulai berani berlari di kancah perekonomian dunia. Jangan lagi jalan di tempat, bahkan tersendat-sendat. Tentunya, harus ada persiapan matang dari pemerintah dan masyarakatnya sendiri. Ibarat permainan sepak bola, masing-masing harus berani menjemput bola. 
ASEAN sebagai organisasi terbesar di ASIA Tenggara bisa menjadi wadah dalam perkembangan ekonomi di Indonesia secara khusus, Asia Tenggara secara umum. Nantinya tidak hanya Indonesia yang menjadi “gudang distribusi barang-barang luar negeri”, melainkan Indonesia bisa menginvasi produk-produk dalam negeri ke negara-negara ASEAN.
Sebab itulah, mayarakat Indonesia harus berjiwa produktif, tidak hanya konsumtif. Harus berani mengambil langkah yang positif. Bayangkan saja, jika banyak produk Indonesia membanjiri pasar ASEAN, tenaga kerja pun semakin banyak. Maka, angka pengangguran di Indonesia semakin berkurang.
Pembenahan pertama adalah bagaimana meningkatkan produktivitas UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang sudah ada. Banyak UMKM di Indonesia. Sayangnya, selama ini kurang dikelola dengan baik dan maksimal. Segala lapisan masyarakat harus dibekali kreativitas dan menggali kreativitas baru (inovatif).
Saya pikir, isu MEA ini juga harus ditularkan ke para pelajar dan mahasiswa. Ini bukan berarti mengorientasikan pendidikan mereka ke bidang perekonomian saja, melainkan mereka disiapkan menjadi generasi-genarasi yang tangguh dan siap menghadapi ekonomi global.
Bagaimana pun, perekonomian yang baik di suatu negara turut membantu mewujudkan cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945: Mencerdaskan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Ekonomi yang sejahtera tentu berpengaruh pada pendidikan yang merata ke suluruh rakyat Indonesia. Pendidikan yang merata akan membuat hidup masyarakat Indonesia lebih bahagia. Lapangan kerja semakin banyak serta angka pengangguran dan kemiskinan berkurang.
Yuk, sambut MEA dengan semangat dan optimis yang besar! Jangan terlalu lama Indonesia berkubang dalam kondisi ekonomi dan kesejahteraan yang belum merata. Semua elemen masyarakat, aparatur negara, pendidik, dan pemerintah, harus bahu-membahu mewujudkan tujuan dasar bangsa Indonesia.
Kita mampu bersaing di kancah internasional. Kita pasti mampu meningkatkan kualitas produk-produk Indonesia. Kita pasti mampu melahirkan generasi-generasi yang produktif dan inovatif.

2 komentar:

  1. Setuju. MEA harus menjadi tantangan karena itu kesiapannya harus di mulai sejak di bangku sekolah. Pola berpikir kreatif harus difasilitasi, nggak bisa cuma nunggu dan berharap tapi lapangan kerja harus diciptakan.

    BalasHapus
  2. harus ada rasa optimis kalau kita mau terus maju, ya :)

    BalasHapus