Selasa, 17 Februari 2015

#FFRabu - Tanah Merah



JEMBATAN roboh. Tangis duka dan jerit kesakitan membelah langit. Darah menggenangi tanah. Kali berwarna merah.
"Satu pun tidak ada yang menolong kita,” ucap seorang ibu.
"Kita mesti menemui Pak Presiden," sahut sang suami. Dipeluknya jasad anak semata wayangnya yang penuh luka dan membeku.
"Mana mungkin dia peduli. Kita terasing di tanah sendiri."
"Lantas, bagaimana nasib anak kita dan jasad lainnya??? Mau dikubur di mana?"
Hujan turun deras, merah dan amis. Air mata mereka menyatu dengan hujan. Air kali meluap hingga ke jalan raya. Kota dilanda banjir besar. Banjir darah, banjir air mata, banjir merah. Mayat-mayat mengapung hingga ke halaman istana.

Bjm, 180215

Tidak ada komentar:

Posting Komentar