Kamis, 27 Oktober 2016

Inilah Barang-barang di Dalam Ranselku. Kamu?



Oke, kali ini aku curcol sedikit tentang barang apa saja sih yang aku bawa saat perjalanan dekat maupun jauh. Sebenarnya aku orang yang simpel banget. Pergi ke mana-mana pakai ransel secukupnya. Aku punya tiga ransel. Satu ransel kecil, satu ransel tanggung, satu ransel besar (carrier). Kalau pergi tidak pakai menginap biasanya aku pakai ransel kecil. Kalau cuma menginap 1-2 hari, aku pakai ransel tanggung. Nah, kalau pergi 3-7 hari ya harus pakai ransel carrier. Kadang juga ditambah satu tas slempang kecil—itu pun kalau lagi nggak malas bawa. Tapi, ransel gede jarang kepakai, lho. Mungkin ada yang berminat mengundangku bepergian lama ke kotanya? #Uhuk!
Nah, ini barang-barang yang mesti ada di ranselku selain pakaian—baju, celana, pakaian dalam, jaket, jilbab, handuk, dkk—perlengkapan shalat, dan alat mandi tentunya.
 
1.     Air mineral
Dulu aku tipikal orang yang malas/kadang lupa minum. Jatah minumku jauh di bawah normal. Tapi, sekarang mah sudah sadar dan mencoba untuk waras. :D Ke mana-mana bawa air mineral atawa banyu putih, kata orang Banjar.

2.     Minyak kayu putih
Ini benda wajib yang aku bawa ke mana pun. Aku suka jalan, tapi badanku gampang banget masuk angin. So, minyak kayu putih ini sangat membantu.

3.     Selimut/sarung
Kalau dalam perjalanan jauh yang harus membuatku menginap, selimut/sarung barang yang harus kubawa. Meskipun mungkin di tempat aku menginap—entah di rumah teman atau di hotel—disediakan selimut, aku tetap harus bawa selimut. Kan berguna saat di dalam mobil/kereta/pesawat yang hampir semuanya ber-AC. Aih, angin memang terlalu cinta padaku, Kawan.

4.     Dompet P3K
Sebelumnya aku paling cuma bawa beberapa obat sebagai antisipasi saat keadaan darurat. Misal, obat diare, sakit kepala, baliman (biduran), obat vampir (?), dll. Tapi, temanku yang baik ngasih dompet P3K. Alhasil, tasku lengkap alat-alat P3K. Kemarin pas di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, gunting kecil P3K disandera sama petugasnya. Termasuk barang berbahaya kata Mas Petugas yang ganteng itu. Oalah, Mas Petugas, coba yang disandera itu rindu kita saja. #eh!
Ternyata dompet P3K ini sangat bermanfaat, lho. Suatu hari aku teman-temanku turun dari bus Trans Jakarta. Ada seorang bapak meringis kesakitan di depan pintu keluar bus. Jempol kakinya terluka dan berdarah karena terjepit pintu bus Trans Jakarta. Si istri bingung karena tidak ada obat apa pun untuk menghentikan pendarahan. “Dompet P3K-mu dibawa nggak?” tanya temanku. Alamak, aku baru ingat ada obat-obatan di tas yang baru dikasih temanku paginya. Mulai saat itu, dompet P3K selalu kubawa ke mana pun.

5.     Make up? Ah, aku cuma pakai bedak, parfum, dan lipstik—kadang-kadang.

6.     Payung
Ini juga barang yang wajib kubawa ke mana pun. Kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Jempol deh buat pepatah.

7.     Jas hujan
Saat musim hujan dan aku melakukan perjalanan jauh, jas hujan wajib dibawa. Antisipasi saja, sih. Sepertinya aku harus beli jas hujan baru yang bahannya lebih ringan. Jas hujan yang ada itu bahannya beraaat dan bikin ribet kalau dibawa ke mana-mana. Ada rekomendasi, Kawan?

8.     Kresek/plastik/kentongan
Gunanya banyak. Buat membungkus pakaian kotor, bungkus makanan sisa kondangan (eh!), dan lain-lain. Apalagi bagi kaum perempuan, ini benda yang wajib dibawa saat kita mens, ya.

9.     Kabel colokan, charger, dan power bank
Mau nggak mau, di zaman serba gadget ini, colokan, charger, dan power bank benda yang kudu disiapkan, apalagi saat perjalanan ke luar kota dan menginap. Hidup tanpa gadget bagai taman tak berbunga. Haiyaaah! #nyanyi

10.  Kover ransel
Ranselku yang tanggung tidak ada kover ranselnya. Maklum, ransel dapat dari workshop beberapa waktu lalu. :D Jadi, aku beli kover khusus ransel tanggung ini.

11.  Masker dan syal
Tahu tidak manfaat masker dan syal dalam perjalanan? Selain untuk menghalau dingin dan mencegah masuknya debu, masker dan syal juga berguna untuk menutup wajah saat tidur di dalam kereta/bus/pesawat. Nggak asyik kan tiba-tiba ada yang candid kita tertidur dengan mulut mangap? Ahiks! Siapa yang mau candid coba? Ngek ngok!

12.  Tongsis
Ini akibat ketularan narsis. Tapi, ya, tapiii… kadar narsisku masih 60%. Masalahnya kadang lupa bawa tongsis. Kayak kemarin pas jalan ke Gembira Loka Zoo malah lupa bawa tongsis. #kalem

13.  Headset/earphone
Penghalau jenuh selama perjalanan di kereta/bus/pesawat itu musik, jadi aku perlu headset/earphone. Mungkin banyak traveller yang menjadikan buku dan Hp sebagai perhalau jenuh. Sayangnya, kalau di dalam kendaraan, aku tidak bisa baca buku dan melihat layar Hp terlalu lama. Bikin pusing, booo!

14.  Dan lain-lain
Apa lagi, ya? Kayaknya itu dulu, deh.

Jogja, 271016

Minggu, 16 Oktober 2016

Yuk, Mengenal Hewan dan Menikmati Alam di Gembira Loka Zoo!



Setelah satu setengah tahun tinggal di Yogyakarta, baru kali ini aku berkunjung ke Gembira Loka Zoo. Ternyata kebun binatang ini sangat bagus dan bersih banget. Suasana kebun binatang Gembira Loka dibuat seenak mungkin bagi pengunjung. Letak Gembira Loka di tengah kota Yogyakarta dan gampang banget dijangkau dengan naik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Ada bus Trans Jogja juga bus angkutan dalam kota. Naik Gojek juga bisa. Harga tiket masuk Gembira Loka sekarang 30 ribu rupiah.


Setelah lolos dari pintu masuk, pengunjung disambut beberapa badut hewan dan photo booth untuk berfoto narsis. Oh ya, pengunjung yang bertinggi badan maksimal 80 cm tidak perlu bayar tiket masuk, lho, alias gratis! (mendadak pengin minum obat pemendek badan. :D ). Gembira Loka ini tidak hanya berisi hewan-hewan, tapi juga terdapat area transportasi air. Dengan luas yang mencapai 20 hektare, Gembira Loka Zoo adalah destinasi wisata yang luas dan nyaman untuk dikunjungi. Apa capek? Ah, tidak juga. Jalannya penuh pepohonan dan di beberapa ruas jalan diberi “atap” jaring sehingga membuat teduh dan pengunjung tidak kepanasan. Selain itu, kita juga bisa menyaksikan aliran air Sungai Gajah Wong. Suara gemericik air plus suara hewan-hewan membuat pengunjung seolah-olah berada di tengah hutan.

Bermacam hewan menghuni Gembira Loka Zoo, antara lain gajah, kuda nil, unta, kijang, rusa, buaya, harimau, wallabi, flamingo, ular, kuda, penguin, burung merak, ikan macan, elang laut, orang utan, kura-kura, siamang, singa, beberapa burung di taman burung, dan lain-lain. Sesekali ada berbagai pertunjukan/pengenalan hewan. Seperti kemarin saat aku ke sana, ada pengenalan aktivitas gajah. Pengunjung juga bisa menaiki gajah dengan membayar 20.000 rupiah.

Area permainan air pun lengkap banget. Kolam air dengan ombak buatan dilengkapi dermaga dan beberapa transportasi air, seperti speed boat, perahu mesin, getek, sepeda bebek, dan lain-lain. Tentunya setiap area permainan dengan tarifnya yang berbeda. Karena areanya sangat luas, Gembira Loka Zoo juga menyediakan kereta mini bagi yang tidak begitu kuat jalan kaki atau sekadar menikmati kebun binatang dengan kereta mini. Apalagi anak-anak pasti suka naik kereta mini toh. Tarifnya 8.000 rupiah/orang. Tapi, jalan kaki sebenarnya tidak begitu bikin lelah (cukup hati Hayati yang lelah, ya). Kalau sudah terasa lelah, kita bisa duduk-duduk di bangku-bangku yang disediakan di setiap titik area. 

Gembira Loka Zoo benar-benar berbenah setelah sempat rusak parah karena gempa tahun 2006. Ini terlihat dari keasrian, kerapian, dan kebersihan area Gembira Loka Zoo. Bingung cari makanan? Ah, tidak ada istilah bingung cari makanan di Gembira Loka Zoo. Di dekat pintu masuk dan pintu keluar banyak warung dan toko makanan. Makanannya pun cukup beragam dengan harga yang standar. Toilet pun disediakan di beberapa area. Jangan takut kebelet dan jangan takut toiletnya kotor. Dijamin kebersihannya. Semoga Gembira Loka Zoo tetap terjaga keasrian dan kebersihannya. Semakin banyak yang sadar akan kebersihan, tentu Gembira Loka Zoo menjadi tempat wisata yang ramai dan nyaman untuk dikunjungi.

Jogja, 171016

Jumat, 14 Oktober 2016

Liburan Asyik Bersama Kain Shibori

Bicara tentang liburan tak hanya soal pantai, gunung, candi, apalagi ke mall sambil cuci mata lihat cowok-cowok ganteng. Eh! :p Liburan juga nggak mesti ke tempat jauh dari jangkauan yang memerlukan dana melebihi jumlah mantan. Liburan itu macam-macam, yang penting bertujuan merefreshing pikiran dan hati yang lelah dikejar kenangan. Eaaa…. Sebagai seorang karyawan full time dari hari Senin sampai Jumat, liburan bagiku menjadi agenda wajib. Kalender barang yang selalu jadi korban keisengan jemariku melingkari tanggal demi tanggal. Weekend panjaaang itu seperti surga.
Bergaya dengan kain shibori. :v

Bagi kamu yang tinggal di Yogyakarta, kayaknya nggak bakal ada tempat yang nggak asyik dikunjungi kapan pun. Nah, ada satu alternatif liburan yang menyenangkan dan murah meriah adalah mengunjungi desa wisata, desa budaya, beberapa event yang berkaitan dengan budaya, juga tempat-tempat kreatif. Di daerah lain juga banyak sih, misal kalau di Banjarmasin itu mengunjungi ruma-rumah pengrajin kain Sasirangan.
Yup, kebetulan banget kemarin aku diberi kesempatan sama seorang teman ikut mengunjungi satu desa budaya di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, yaitu Desa Sendangagung. Selengkapnya bisa baca di sini, ya. Nggak perlu ribet beli tiket bus, tiket kereta, atau tiket pesawat. Cukup numpang mobil si teman bernama Rian ke Desa Sendangagung (sungkeeem ke Rian ^_^ ), sampailah di Desa Sendangagung. Setelah dari Sabtu siang sampai Sabtu malam kami nonstop menonton pertunjukan budaya, Minggu pagi jelang siang kami diajak mengunjungi rumah Mbah Kiyat (yang sebenarnya masih muda, jauh dari kata mbah), pengrajin kain Shibori.
Apa itu kain Shibori? Kata anak Mbah Kiyat yang ternyata masih muda dan masih kuliah (uhuk!), shibori mengambil istilah dari bahasa Jepang. Lebih lengkapnya, shibori atau shiborizome adalah teknik mewarnai kain dengan cara diikat, dilipat, ataupun disimpul, lalu dicelup ke pewarna kain. Di dunia Barat, shibori dikenal dengan istilah “tie dye” (jadi ingat nama penulis novel. #abaikan).

Kemarin dapat link tulisan tentang teknik shibori. Ada di link ini http://simplyoshin.blogspot.co.id/2012/01/shibori-japanese-dyeing-method.html. Mengutip dari tulisan tersebut, teknik shibori sendiri ada beberapa teknik. Pertama, kanoko shibori, yakni dengan cara mengikat kain. Kedua, kumo shibori, yakni dengan cara melipat dan mengikat kain. Ketiga, nui shibori, dengan cara dijahit (ini mengingatkanku pada kain Sasirangan yang tekniknya dengan cara dijahit sesuai pola). Keempat, arashi shibori dengan cara membungkus kain dengan pipa. Kelima, itajime shibori dengan cara menjepit kain dengan dua buah kayu dan diikat.

Sekilas teknik pembuatan kain shibori ini mirip kain jumputan, ya. Tapi, keduanya berbeda. Kalau dilihat sekilas sih, pembuatan kain shibori lebih gampang (lihat doang, belum praktik sendiri :D ). Uniknya, dalam pembuatan kain shibori meski teknik ikat dan lipatnya sama, pola dan warna yang dihasilkan selalu berbeda alias tidak 100% mirip. Ini karena proses pewarnaan dilakukan secara manual dan tergantung proses peresapan pewarna ke kain. Jadi, jangan takut kalau ke acara kawinan mantan batikmu mirip sama pasangan mantan, misal. Pasti ada bedanya, kok. #mantanlagi :v
Liburan ala blogger, blusukan ke Desa Sendangagung.

Liburan yang menyenangkan itu simple, kan? Yang penting hati senang, teman bertambah, silaturahmi tambah erat, dan kenal dengan masyarakat di desa. Aku dan teman-teman blogger puas dengan kunjungan ke rumah Mbah Kiyat. Makasih banyak, Mbah Kiyat. Makasih banyak, istri Mbah Kiyat, anak-anak Mbah Kiyat bernama Mukti dan… (Haha, lupa nama anaknya yang cowok dan mahasiswa itu). Makasih juga tokoh-tokoh desa yang sudah memfasilitasi kami selama menginap semalam di Desa Sendangagung.
Penasaran dengan kain shibori? Harga kain ini Rp 125.000/lembar, dengan ukuran 100 x 200 cm. Yuk, kepoin aja Twitter @shiborikiyatmbah