Sabtu, 27 Juni 2015

Sunyi untuk Chairil

Ketika puisi adalah jasad
Maka rohnya adalah sunyi
Bicara tentang sunyi tak ada habis-habisnya
Mulut membisu di tengah ramai
Adalah sunyi yang paling tapa
Orang gila meracau di tengah pasar
Adalah sunyi yang paling jujur
Bocah pengamen memetik gitar
Adalah sunyi yang paling merdeka
Rakyat pecahkan kepala koruptor
Adalah sunyi yang paling amuk

Ketika puisi diremuk-remuk
Apa jadinya belulalang di antara Krawang-Bekasi?
Chairil, bertemukah kau dengan roh-roh pahlawan di sana?
Apa kauajak mereka berdeklamasi tentang binatang jalang?
Chairil, sunyi adalah roh-roh gentayangan
Di jalanan kota, di bangkai sawah, di makam sejarah, di kolong jembatan

Ketika puisi adalah jasad tanpa makam
Maka rohnya adalah jiwa-jiwa yang masih susuri jalan panjang
Chairil, seribu tahun tinggallah angin debu

Jogja, 270615

Tidak ada komentar:

Posting Komentar