Sabtu, 04 Desember 2021

Y.O.U for You, Bentuk Kepedulian Y.O.U Beauty terhadap Kesehatan Kulit Perempuan

       


       Ada yang berbaris di atas meja kerja, tepatnya di samping laptopku. Bukan buku. Bukan kertas. Bukan alat tulis. Bukan pigura dan foto. Tentu saja bukan kenangan dan foto mantan. Apakah kamu bisa menebaknya?

       "Sekarang skinkeran?" Begitulah takjubnya temanku saat melihat barisan benda di meja kerja itu. Produk skincare di meja kerja. Ya, meja kerja! Alasanku sih biar nggak sampai lupa skinkeran---meski sesekali lupa dan nggak sempat. 😂 Yang kenal aku dari dulu pasti tahu lah, ya. Aku malas sekali dandan. Aku ingat sekali momen wisuda. Temanku sampai memaksaku untuk menggunakan lipstik.  Tapi, apa aku malas skinkeran? Aku nggak begitu lagi, saudara sekalian. Dulu, kupikir berdandan (make up) itu sama dengan skincare. Ternyata ini dua hal yang berbeda. Skincare merupakan upaya menjaga kesehatan kulit sebelum proses make up. Jika make up tujuannya memperindah, skincare berfungsi untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit, termasuk kulit wajah.

       Sejak tiga tahun lalu, aku mulai sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan kulit, termasuk kesehatan kulit wajah. Apa yang menyebabkanku mulai fokus dengan kesehatan kulit wajah? Suatu pagi tiga tahun lalu, aku berdiri di depan cermin. Baru mandi, badan segar, dan hari bebas dari kerjaan di depan PC. Akhir pekan benar-benar surga bagi karyawan sepertiku. Lama kutatap wajahku sendiri. Aku baru menyadari ada perubahan di wajahku. Pori-pori membesar, muncul sedikit flek hitam, dan mataku benar-benar seperti mata panda.

       Usia nggak bisa bohong juga, ya. Memasuki usia 30-an, perubahan kulit nggak terelakkan. Flek hitam, pori-pori membesar, keriput di sekitar mata, dan kulit mengendur. Penuaan kulit memang sangat normal terjadi dan nggak bisa dihindari. Namun, semuanya itu bisa diatasi alias bisa kita kurangi. Pori-pori bisa dikecilkan. Flek hitam dan keriput bisa disamarkan. Si mata panda bisalah dinormalkan. Caranya?

       Nah, aku mengenal rangkaian produk skincare asli Indonesia.  Namanya sangat unik dan begitu akrab, menurutku. Dari namanya saja, membuat aku seakan-akan akrab dengan produknya. Seakan-akan ditanya, "Hai kamu, apa kabar?" Panggilan "kamu" terkadang begitu mesra, lho. Jujur deh, pasti ada momen saling memanggil "aku dan kamu" dengan seseorang? 😜 Kamu dalam bahasa Inggris adalah "you". Nah, nama produk skincare ini adalah Y.O.U Beauty. Aku belum tahu sih kenapa penulisannya pakai tanda titik di antara huruf-huruf. Apakah ada makna khusus? Mungkin lain kali bisa kutanyakan saat ada event Y.O.U Beauty lagi.

       Y.O.U Beauty sudah ada sejak tahun 2018, berarti sudah berjalan selama tiga tahun. Tiga tahun nggaklah sebentar, tapi nggak lama juga. Namun, Y.O.U berhasil membuktikan bahwa produknya bisa diandalkan oleh perempuan Indonesia. Ini terbukti dengan banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh Y.O.U Beauty, antara lain "Guardian Indonesia the Fastest Growing Brand of The Year 2019", "Top 5 Shopee's Beauty and Skincare Category", "Top 15 Ranked Katadata", dan "Top 12 Consumer's Favorite Beauty Brand".

       Y.O.U Beauty saat ini sedang melakukan campaign "Y.O.U for You" di kota-kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, dan Kendari. Pada 2 Desember 2021 kemarin, aku berkesempatan hadir di acara campaign tersebut. Tentu saja excited banget. Kenapa? Kebetulan sekali aku sedang bersemangat menggunakan skincare. Hampir tiap hari selalu ngobrolin skincare dengan teman. "Baiknya aku pakai serum apa, ya? Pakai ini bagus nggak? Itu cocok nggak?"

       Beberapa waktu lalu teman nyaranin aku pakai produk anti-aging. Katanya, di usiaku sekarang ini ,aku harus menggunakan anti-aging. Bisa dibilang aku telat banget menggunakan produk anti-aging yang seharusnya sudah kulakukan sejak usia 25-an. Tapi, nggak ada kata terlambat ya selama ada niat dan keinginan.

       Nah, pas banget ada produk anti-aging dari Y.O.U Beauty yang menjadi produk unggulan tahun ini, yaitu Y.O.U Golden Age Refining Serum. Berdasarkan hasil survei Home Tester Club, World's Biggest Grocery Review Platform, Y.O.U Golden Age Refining dinobatkan sebagai "Produk Favoritnya Anti-aging Serum di Indonesia". Buat kamu yang berusia 25 tahun ke atas, harus memulai menggunakan produk skincare anti-aging, ya. Penuaan memang nggak bisa kita hindari, tapi bisa kita atasi dan kurangi efek negatifnya.

       Kata dr. Listiya Paramita, Sp.KK, penuaan kulit disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah usia dan genetik. Nah, faktor internal ini nggak bisa diubah, ya, alias sudah dari sononya. Faktor eksternal antara lain paparan sinar matahari, polusi, sinar UV, nutrisi makanan, pola hidup, dan paparan radiasi.  Penuaan sebab faktor-faktor eksternal ini bisa diatasi, lho, dengan perawatan yang tepat. Terutama bagi aku yang sehari-hari duduk di depan PC dan megang Hp, jelas harus menggunakan produk anti-aging dari Y.O.U Beauty untuk mengatasi proses penuaan dini.

       Selain menghadirkan produk skincare, Y.O.U Beauty juga memproduksi produk make up (kosmetik) dan body care. Apa, sih, keunggulan produk Y.O.U Beauty? Ini yang harus kamu ketahui. Produk Y.O.U Beauty merupakan perpaduan bahan alami dan teknologi tinggi. Selain Y.O.U Golden Age Refining Serum, masih ada lagi produk unggulan lainnya, seperti Y.O.U Biomecera Advanced Booster Serum dan Y.O.U 24h Nouteiwear+ Velvet Liquid Foundation.

Rangkaian skincare Y.O.U Beauty yang akan menghiasi meja kerja. ☺️

       Ada informasi menarik nih buat kamu. Selama bulan Desember Y.O.U Beauty akan mengadakan Empty Bottles Campaign, yaitu pelanggan bisa membawa kemasan kosong semua produk Y.O.U Beauty ukuran full size. Campaign ini bertujuan untuk mendukung gaya hidup sustainable. Caranya dengan mendatangi meletakkan kemasan kosong di drop box dan akan mendapatkan sample size Golden Age Refining Serum. Gratis! Wah, campaign yang benar-benar berfaedah. Empty Bottles Campaign berlangsung sejak 7 Desember 2021 di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, dilanjutkan pada 9 Desember 2021 di Denpasar, Medan, dan Kendari. Campaign berlangsung hingga akhir Desember. Segera nantikan kampanye "Y.O.U for You" dan Empty Bottles Campaign di kotamu!

Sabtu, 16 Oktober 2021

Tetap Survive saat Pandemi lewat Media Sosial

 

Sumber: freepik.com

       "Mbak, bisa minta tolong?" tanya seorang teman sekitar awal tahun 2019. Lebih kurang setahun sebelum si Covid-19 menyerang bumi.

       "Minta tolong apa dulu nih?" tanyaku. "Kalau kamu minta tolong ambilkan bulan, biar itu kerjaan si ibu."

       Hmmm hmmm hmmm.... Dia loading beberapa saat, lalu... "Itu lagu lho!" ucapnya sedikit nyaring dengan nada kesal, tapi kok ketawa juga. Lumayanlah, kerecehanku bikin orang ketawa.

       "Begini, aku tuh bingung. Kok akun Instagramku gitu-gitu aja, ya. Follower sedikit. Boro-boro ada yang mampir buat komen, lah like-nya aja dikit banget. Gimana ya caranya biar akunku bagus gitu lho? Biar banyak yang lihat produkku."

       Usaha kuliner, itulah usaha yang mulai digeluti temenku itu. Usahanya baru berjalan sekitar 3 bulanan. Temenku menjual berbagai varian bolu, dari bolu kukus, kue ulang tahun, bolu pisang, bolu marmer, bolu kayu, bolu tembok.... Mbuh mbuh, yang dua terakhir hasil karangan bebas ya, gaes. Jangan dianggap serius.

       Singkat cerita, terjadilah proses transfer pengalaman dariku. Bukan pengetahuan, bukan ilmu, bukan pula keahlian. Ya, sekadar pengalamanku sebagai pengguna media sosial yang bisa dibilang lebih senior dari temanku. Iyaaa, lebih senior doang. Aku aktif di media sosial sejak 2010. Dia aktif sejak 2017. Aku berawal dari anak Facebook. Dia langsung jadi cucu Instagram.

       Sekadar berbagi pengalaman saja. Nggak mau dibilang ahli karena aku saja ngos-ngosan mengejar jumlah follower Instagram hingga 10K secara organik. Belum sampai-sampai 10K, lho. 😂 Ada satu hal yang bisalah aku bagikan sebagai pengalaman, yaitu cara meningkatkan performa akun media sosial, khususnya Instagram. Bagaimana biar dapat like banyak, bagaimana cara bikin caption, kapan best time untuk posting, bagaimana cara memancing follower untuk berkomentar, dan sebagainya.

       Enam bulan berlalu, jualan temanku semakin laris. Pengikut akun Instagram-nya bertambah, dari ratusan menjadi ribuan. "Untung banyak banget sih nggak. Belum kayak jualan kue artis lah. Syukurlah nggak ada lagi ceritanya rugi atau cuma balik modal," ceritanya. "Aku nggak mau ngasih kamu bolu sebagai ucapan terima kasih. Lah, jauh bener. Aku transfer saja, ya," ucapnya. Tanpa babibu, transferan masuk. Padahal, aku nggak minta sama sekali. Niatku cuma bantu teman. Tapi, kata orang, rezeki jangan ditolak. Yowis, terima saja. Tapi ini jangan sampai menginspirasi, ya. Teman-teman yang pernah tanya soal permedsosan, nggak perlu ribet ngasih fee. Kasih saja segunung emas. Canda emas. *Emas ya, emas. Bukan mas. 😝

       Selain sebagai penulis dan editor, salah satu aktivitasku adalah menjadi copywriter dan admin media sosial sejak tahun 2017. Sempat 5 bulanan aku berhenti jadi admin media sosial karena terlalu "sok sibuk kerja". Sebenarnya menjadi admin media sosial dan copywriter hanya pekerjaan sampingan saat berstatus sebagai karyawan. Lalu, datanglah si Corona alias Covid-19. Pekerjaan sebagai copywriter dan admin media sosial mulai kuseriusi. Apa sebab? Penghasilan tetapku berkurang karena ada pengurangan gaji dari perusahaan. Penghasilan tambahan sebagai freelancer juga berkurang. Sementara, kebutuhan makin banyak lah ya. Iya sih nggak bisa keluyuran, nggak bisa traveling ke luar kota. Tapi, belanja suplemen dan buah lebih banyak saat pandemi dan itu perlu daun, eh duit.

       Rupanya kondisi berkurangnya gaji nggak bertahan lama, gaes. Alhamdulillah cuma bertahan beberapa bulan. Selanjutnya gaji nggak berkurang lagi, yey! Eits, jangan senang dulu. Nggak berkurang ini artinya nggak ada gaji tetap sama sekali. Agustus 2020, inilah momen bersejarah bagiku di era pandemi. Aku menjadi salah satu karyawan yang kena PHK.

       Nggak mau berdiam diri saja, mulailah kucari peluang kerja. Lamar ke sana, lamar ke sini. Rupanya perusahaan di bidang yang sama pun mengalami hal serupa. Terjadi pengurangan karyawan besar-besaran, jadi mana mungkin mereka menerima karyawan baru. Dua bulanan aku fokus cari kerja. Alhamdulillah, sesekali dapatlah kerjaan freelance yang lumayan nggak membuat tabungan semakin bocor parah. Pekerjaan freelance sebagai penulis dan editor pun makin berkurang di era pandemi. Putar otak lagi lah.

Belajar kepada penjual keliling yang tetap bertahan di tengah pandemi.

     

       Menjadi copywriter dan admin media sosial, inilah jalan ninjaku demi mengisi perut di tanah rantau. Aku tawarkan diri ke teman dengan mukadimah yang penuh curcol. "Pegang akun Instagram-ku ya. Akunku nggak kepegang. Makin sibuk bikin kue," kata temanku akhirnya. Yes, satu pekerjaan sebagai admin media sosial didapat. Alhamdulillah.... Ada juga sih yang menolak ketika kutawarkan apakah perlu jasa admin. Nggak apa-apa. Tiap orang punya kebutuhan berbeda-beda.

       Penghasilan stagnan, bahkan bisa dibilang lebih 50% pengeluaran masih mengandalkan tabungan. Waduh, bahaya ini! Lalu, aku putuskan untuk pulang kampung pada November 2020.  Selama di kampung halaman, aku kerja freelance sebagai copywriter, admin media sosial, penulis, dan editor.

       Tahun 2021, pandemi masih saja berlanjut. Beberapa lini usaha ada yang nggak bisa bertahan alias gulung tikar. Ada pula yang memilih tetap bertahan, tentu dengan konsekuensi yang nggak selalu menguntungkan semua pihak. Pengurangan karyawan dan pengurangan gaji, contohnya. Mau nggak mau, harus ada solusi di tengah pandemi yang nggak tahu kapan berakhir. Bisnis online menjadi sebuah pilihan. Nggak sedikit yang mulai merangkak pelan dengan cara berjualan lewat media sosial. Di Instagram, contohnya, banyak akun personal yang awalnya cuma berisi informasi aktivitas sehari-hari, mulai aktif mempromosikan barang jualannya.

       Namun, ada pula yang kesulitan mempromosikan jualannya di media sosial. Seperti temanku tadi. Dia belum berpengalaman berjualan di media sosial. Belum tahu trik jitu agar promosi di media sosial berjalan maksimal. Maka, banyak para pebisnis yang memerlukan jasa orang lain di bidang promosi lewat media sosial atau marketing digital.

       Menjadi admin media sosial bukanlah pekerjaan sepele. Di banyak perusahaan, pekerjaan ini merupakan pekerjaan penting. Selain mengenalkan sebuah brand, admin media sosial juga membantu meningkatkan nilai sebuah brand. Bantu mem-branding, begitulah kira-kira. Ada juga yang secara gamblang bertugas mempromosikan produk di akun usaha/official-nya.

       Pasar online semakin berkembang. Para pebisnis yang mulanya hanya fokus dengan metode marketing offline, kini mulai fokus dengan marketing digital/online. Media sosial bukan lagi dianggap sebagai "tempat curhat dan nyampah". Admin media sosial hanya salah satu profesi di bidang digital marketing. Selain admin media sosial, ada juga profesi serupa yang dicari banyak pebisnis, antara lain content creator, copywriter, desain grafis, dan SEO specialist. Apalagi saat pandemi, berbagai usaha mulai dirintis secara online, antara lain usaha di bidang kuliner, konveksi, dan sebagainya. Bisnis online dengan media sosial sebagai media promosinya pun semakin banyak.

       Apa saja yang harus dikuasai/diketahui jika ingin menjadi admin media sosial? Nah, berikut beberapa tips menjadi admin media sosial dan copywriter:

1. Aktif di media sosial.
2. Selalu update informasi terbaru. Nah, ini yang penting banget. Ketinggalan satu informasi penting saja kerasa banget kurang update atau kudet. Biar nggak kudet, kamu bisa cari informasi terkini di media massa online, salah satunya Indozone. Pastinya, berita dan informasi di Indozone benar-benar valid dan no hoax. Ini yang penting banget. Di tengah semakin cepatnya penyebaran informasi di internet, kita perlu menyaring informasi dengan tepat agar nggak termakan hoax. 
3. Mempelajari apa yang dipromosikan, baik produknya dalam bentuk jasa maupun barang. Jangan sampai kita nggak tahu apa-apa tentang produk yang dipromosikan.
4. Mengetahui karakteristik sasaran promosi. Jika sasarannya anak muda, gunakanlah bahasa dan gaya yang "anak muda banget". Jika sasarannya kategori para ayah bunda, gunakanlah bahasa dan gaya yang berkarakter orang tua muda.
5. Gunakan sapaan umum kepada follower. Sapaan "kak" lebih aman digunakan jika belum tahu jenis kelamin orangnya. Kecuali sasaran produk khusus untuk para bunda, misalnya, bisa gunakan kata "bunda/mom".
6. Selalu bersikap ramah dan menjawab pertanyaan follower. Termasuk juga aktif membalas komentar follower.
7. Buat jadwal posting, misalnya sehari sekali, dua hari sekali, atau tiga hari sekali. Jangan sampai akun Instagram-mu sepi postingan dalam kurun waktu yang lama.
8. Carilah waktu yang tepat untuk posting. Misalnya, saat jam istirahat kantor, setelah pulang kerja, sebelum berangkat kerja, atau sebelum jam tidur.
9. Aktif memberi like dan komentar ke follower, khususnya jika akunmu belum punya banyak follower dan jumlah like masih sedikit. Dengan begitu, kamu akan mendapat timbal balik, baik berupa like, komentar, atau menambah viewer dan engagement. Setidaknya, follower akan ingat, "Oh, aku ternyata follow-followan sama dia."
10. Gunakan foto/video penunjang yang layak. Setidaknya fotomu nggak ngeblur. Gunakanlah aplikasi untuk mengedit foto dan video.
11. Perhatikan momentum atau hari-hari perayaan tertentu. Misalnya, bikin postingan ucapan selamat ketika perayaan Lebaran, Hari Kemerdekaan, dan lain-lain. Rajin cek kalender ya, gaes.
12. Jika kamu merangkap penjual sekaligus admin media sosial, perhatikan benar-benar kualitas produkmu. Perhatikan kesesuaian produk asli dengan foto. Jika kamu hanya sebagai admin media sosial, ada baiknya komunikasikan apa yang menjadi kendala promosi. Jalin komunikasi yang baik antara penjual dan admin media sosial.
13. Pelajari cara menulis yang benar. Penulisan yang benar bukan berarti harus berbahasa baku, tapi gunakan kaidah agar tulisan bisa dipahami.
14. Gunakan metode AIDA dalam copywriting atau penulisan caption. AIDA artinya Attention, Interest, Desire, dan Action. Silakan baca tentang AIDA di tulisanku sebelumnya.

       Sekian curhat serta sedikit tips dariku. Jika ada yang kurang berkenan, aku siap terima saran dan mendoan. Salam mendoaaan!

Minggu, 25 Juli 2021

Jangan Ada Skrinsut di Antara Kita


          Baru saja selesai membersihkan data memori ponsel. Bejibun foto yang harus dihapus. Kebanyakannya sih foto yang mirip dan yang agak burem, foto-foto di folder WhatsApp, dan foto skrinsut alias screenshot. Nah, ternyata bejibun hasil skrinsut di ponselku. Bahkan, jumlahnya menyaingi jumlah foto di folder kamera. 😆

          Kenapa banyak banget foto skrinsut? Aku sih sering skrinsut info menarik, baik dalam bentuk foto atau tulisan. Misalnya info film dan drakor, artikel berisi tips menarik, destinasi wisata, buku bacaan yang perlu dibeli, dan sebagainya. "Info menarik dan penting nih. Skrinsut saja dulu," pikirku. Padahal, seringnya malah lupa, gaes. Foto skrinsut pun seperti timbunan sampah yang menuh-menuhin memori ponsel.

          Skrinsut memang sangat berguna sih. Jadi nggak perlu repot mencatatnya. Terkadang skrinsut juga berfungsi sebagai "rekam jejak". "Skrinsut dulu lah. Bisa jadi bukti nih." Namun, skrinsut juga seperti mata pisau. Menyebarkan skrinsut begitu bebas, orang-orang pun jadi bablas. Karena merasa skrinsut hal yang biasa, akhirnya nggak ada rem dalam menyebarkan hasil skrinsut. Ini sangat sering terjadi.

          Contoh sederhana sih skrinsut obrolan pribadi, WAG, DM, inbox, maupun status/tweet/postingan orang lain. Obrolan yang mestinya hanya rahasia berdua disebarkan ke akun medsos atau ke orang lain. Ada yang cari aman, ada yang berlaku frontal. Cari aman di sini maksudnya menyebarkan hasil skrinsut dengan menyensor nama. Ada pula yang frontal, blak-blakan tanpa sensor. Jangankan menyensor nama, izin saja tidak.

          Bagaimana cara biar nggak kebablasan? Yuk pakai pengaman sebelum menyebarkan hasil skrinsut!

          Pertama, pikirkan dengan matang sebelum menyebarkan hasil skrinsut. "Ada faedahnya nggak sih kalau aku sebarin?" ; "Kira-kira bakal ngerugiin orang nggak sih, orang bakal sakit hati nggak ya?" ; "Skrinsut ini bakal membuat orang salah paham nggak ya?" 

          Kedua, minta izin. Nggak selalu hal yang sederhana menurut diri sendiri itu sederhana pula bagi orang lain. Nggak selalu hal yang baik menurut diri sendiri, bakal baik pula menurut orang lain. "Halah, cuma skrinsut. Niatku kan baik. Buat nyebarin kebaikan." Nggak begitu dong. Niat yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Contohnya, beberapa waktu lalu temanku cerita lewat chat WA tentang pengalamannya saat positif Covid-19. Aku izin skrinsut chat-nya dengan menyensor nama. 

          Ketiga, nggak semua hal yang menurutmu penting harus diskrinsut dan disebarkan. Jempol memang nggak punya rem, nggak beda jauh dengan lisan. Maka, perlu pikiran dan hati sebagai remnya. Sebab skrinsut, berapa banyak sudah masalah kecil jadi masalah besar, hati yang semula bahagia menjadi terluka, hubungan yang semula baik-baik saja menjadi renggang, pertemanan menjadi permusuhan, bahkan fitnah tersebar tanpa dikira-kira.

          Keempat, gunakan multi sudut pandang. Dunia media sosial semakin padat. Ngalah-ngalahin padatnya ibu kota Jakarta. Semakin padat, semakin beragam pemikiran, semakin banyak permasalahan, semakin rawan terjadinya gesekan. Terkadang hanya karena satu dua kata, terjadilah gesekan antara pengguna media sosial. Terkadang hanya karena satu postingan, terjadilah pertengkaran di kolom komentar. Saling serang, saling hujat, debat kusir, selalu terjadi di ranah media sosial. Inilah kenapa perlu sekali memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. "Kok tweet-nya begitu? Kenapa ya?" Jangan serta-merta menyerang postingan yang berbeda prinsip, bahkan sampai menyebarkannya lewat skrinsut.

          Jadi, selain menuh-menuhin memori ponsel, skrinsut juga bisa menuh-menuhin dunia dengan permasalahan. Semakin maju teknologi, semakin banyak tantangan kehidupan, semakin perlu berpikir bijak dan matang. Semakin dewasa seseorang, semakin pintar memilah dan memilih, mana yang harus diperhatikan dan dipentingkan serta mana yang harus diabaikan.

          Sudah cek memori ponselmu? Saatnya bersih-bersih yuk! Siapa tahu masih tersimpan skrinsut yang nggak penting. Siapa tahu masih ada skrinsut obrolan dengan mantan. Ups! Lumayan juga kan memperlancar kinerja ponsel dan hati. 😬

Senin, 19 Juli 2021

Perkuat Imunitas Anak saat Angka Covid-19 Semakin Meningkat

 

Kondisi sekarang ini sama sekali di luar dugaan. Berkali-kali berpikir pandemi segera usai. “Semoga habis Lebaran (2020) pandemi berakhir.” Apalah daya, hingga jelang akhir 2020 penyebaran Covid-19 tidak tertangani. “Semoga pandemi benar-benar berakhir sebelum puasa (2021).” Lagi-lagi semakin banyak yang menjadi korban Covid-19 hingga Juli 2021. Ditambah lagi dengan munculnya varian delta Covid-19 yang mempercepat penularan virus.

Covid-19 menyerang siapa saja, tak pandang usia. Usia anak-anak pun terkena virus Covid-19. Berdasarkan data, 1 dari 8 kasus Covid-19 adalah anak-anak. Anak-anak termasuk kategori rentan tertular Covid-19. Padahal, anak-anak adalah penerus bangsa. Kesehatan anak tetap dijaga di tengah pandemi berkepanjangan seperti ini.


Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) merupakan yayasan yang aktif mengampanyekan kesehatan anak. Hal yang menjadi fokus YAICI dalam tiga tahunan terakhir adalah edukasi dan kampanye kental manis bukan susu. Pada tanggal 16 Juli 2021 kemarin, YAICI bekerja dengan PP Muslimat NU mengadakan webinar tentang nutrisi anak pada masa pandemi. Webinar tersebut bertema “Pemilihan Nutrisi yang Tepat untuk Anak, Cara Tingkatkan Imun di Tengah Lonjakan Covid-19”.

Langkah YAICI mengajak PP Muslimat Nu dalam mengedukasi masyarakat merupakan langkah yang tepat dan efektif. Webinar yang dihadiri anggota PP Muslimat NU dari berbagai daerah itu diharapkan dapat dijadikan sebagai perpanjangan informasi mengenai produk kental manis. Masih banyak masyarakat, khususnya para orang tua, yang salah persepsi tentang penggunaan kental manis. Inilah yang harus diharuskan agar jangan sampai anak-anak mengonsumsi kental manis sebagai minuman. YAICI terus melakukan upaya ke masyarakat di tengah kasus Covid-19 yang makin meningkat.

Pernah makan martabak keju? Apakah kita menyebutnya kue keju? Tentu saja kita menyebutnya martabak. Keju hanya sekadar rasa atau topping. Contohnya lagi nasi goreng sosis. Tentu kita tetap menyebutnya nasi goreng, bukan nasi sosis. Sebab sosis sekadar tambahan. Begitu pula dengan kental manis. Lebih 50% komposisi kental manis hanyalah gula. Susu sekadar rasa. Tidak mungkin, kan, menyebutnya susu? Bisa dibilang kental manis adalah sejenis sirup dengan rasa susu. Kental manis bukan pengganti ASI, bukan pula pengganti minuman susu.

Kandungan gula yang tinggi pada kental manis tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rasa manis memang sangat menggoda selera. Siapa pun tidak menampik itu. Namun, mengonsumsi gula berlebihan tidak bagus untuk kesehatan. Khususnya mengonsumsi kental manis sebagai minuman bagi anak-anak yang sedang masa pertumbuhan. Efek negatif yang dirasakan bisa jangka pendek, bisa juga jangka panjang. Sering batuk, diare, karies, gangguan pencernaan, stunting, dan gizi buruk adalah contoh penyakit jangka pendek. Efek jangka panjangnya adalah diabetes, obesitas, dan hipertensi.

Mengapa banyak keliru persepsi tentang penggunaan kental manis? Banyak sebabnya, antara lain iklan, kurang update informasi, gampang dibeli dan murah, dan enak. Iklan dari zaman baheula selalu menyajikan informasi bahwa kental itu susu. Meskipun iklan kental manis sekarang ini sudah terpantau—tidak menampilkan adegan anak-anak minum kental manis—tetap saja pemikiran itu pun tidak serta-merta hilang. Perlu usaha berkelanjutan dalam mengampanyekan bahwa kental manis bukan susu. Perlu peran berbagai elemen masyarakat agar semakin berkurang penggunaan kental manis sebagai minuman anak-anak.

Di tengah pandemi, kondisi kesehatan anak-anak harus tetap dijaga dan dipantau. Khususnya untuk anak-anak pada masa pertumbuhan. Pemerintah terus berupaya mencapai target penurunan kasus stunting hingga 14% pada tahun 2024. Berbagai upaya dilakukan dalam menurunkan angka stunting, salah satunya menerapkan pola makan seimbang. Menurut Dr. Meta Hanindita, SpA (K), nutrisi yang tepat dan seimbang mempengaruhi imunitas anak-anak, apalagi saat pandemi seperti ini. Imunitas yang tinggi akan menjaga tubuh si anak dari penularan Covid-19.

Kapan, sih, seharusnya memperhatikan nutrisi anak-anak? Ada istilah 1000 HPK, yaitu seribu hari pertama kelahiran, sejak anak masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Orang tua, baik ayah maupun ibu, harus memperhatikan nutrisi janin hingga melahirkan dan proses pertumbuhan. Nutrisi yang seimbang dan kondisi kesehatan yang baik pada masa 1000 HPK akan menjadi “pondasi” kondisi anak-anak saat dewasa. Jika nutrisi tidak seimbang, kondisi kesehatan anak-anak akan mengalami masalah. Termasuk pemberian kental manis sebagai minuman pada anak-anak, ini merupakan tindakan keliru dalam memenuhi nutrisi anak.

Menurut Dr. Meta Hanindita, SpA (K), menjaga nutrisi yang seimbang pada anak tidak hanya soal kandungan gizi pada makanan, tetapi juga kebersihan makanan. Kebersihan makanan mencakup kebersihan wadah dan tempat, cara membersihkan, cara memasak, cara menyajikan, dan cara penyimpanan makanan. 

Selain memenuhi nutrisi makanan, beraktivitas fisik dan memperhatikan durasi tidur juga penting selama pandemi Covid-19. Jangan sampai karena di rumah saja, waktu anak-anak tidur jadi kebablasan. Tidur terlalu malam, bangun tidur sering kesiangan, terlalu lama tidur, misalnya. Aktivitas fisik juga harus dilakukan meski berada di rumah saja. Untuk itulah, diperlukan peran orang tua dalam menjaga imunitas anak-anak saat pandemi. Kesehatan anak-anak sama pentingnya dengan kesehatan orang dewasa.

Rabu, 28 April 2021

Peran Bidan dalam Edukasi Bebas Susu Kaleng

 

Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar frasa “kental manis”? Apakah susu, minuman, atau kue manis? Jika kamu masih berpikir bahwa kental manis itu adalah minuman atau susu, sebaiknya segera jernihkan pikiranmu sekarang juga. Bagaimana cara menjernihkannya? Tentu saja kamu harus tahu kandungan gizi pada kental manis yang sering dikemas dalam bentuk saset dan kaleng. Kandungan gizi pada kental manis tidak tepat dikonsumsi sebagai minuman ataupun susu. Jika dikonsumsi dengan cara tidak tepat, masalah kesehatan akan muncul, misalnya diabetes, stunting, dan obesitas.

Kental manis mengandung gula yang tinggi. Semua sudah tahu, kandungan gula yang berlebih pada tiap jenis makanan dan minuman akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang.  Lebih-lebih buat anak-anak usia pertumbuhan. Konsumsi susu buat anak-anak itu penting karena susu mengandung kalsium dan protein. Sementara, kental manis hanyalah mengandung gula dengan rasa susu. Jadi, susu bukan kandungan utama, sekadar perasa susu saja. Namun, masalahnya sekarang masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kental manis itu minuman susu.



Persepsi ini yang perlu diubah lewat edukasi terus-menerus. Kesalahan persepsi tentang kental manis terjadi karena beberapa faktor. Pertama, iklan kental manis yang keliru. Dulu iklan kental manis ditampilkan dengan model anak-anak yang sedang minum kental manis. Masalahnya, meski sekarang iklannya sudah berubah, persepsi ini tetaplah ada. Terbukti dari hasil penelitian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU, satu dari empat anak-anak usia balita di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, dan Maluku, mengonsumsi kental manis setiap hari. Sebanyak 48% dari para ibu mengakui, kesalahan persepsi itu didapat dari iklan di berbagai media, baik televisi, media sosial, iklan sinetron, maupun media massa.

Kedua, peletakan produk kental manis di deretan minuman. Inilah yang menyebabkan persepsi kental manis adalah susu semakin mengakar di masyarakat. Penjual perlu benar-benar memperhatikan masalah ini. Peletakan produk kental manis sebaiknya diletakkan di deretan topping makanan, bukan minuman susu. Kampanye kental manis bukan susu ini bukan melarang produksi kental manis ya. Kental manis bisa dikonsumsi sebagai topping saja, bukan minuman utama, khususnya bukan untuk dikonsumsi anak-anak.

Lalu, bagaimana solusi menghapus persepsi yang salah? Salah satu solusinya adalah edukasi terus-menerus oleh bidan. Bidan adalah ujung tombak demi berkurangnya konsumsi kental manis oleh anak-anak. Bidan bisa menyampaikan informasi secara berkala sejak awal masa kehamilan. Bahkan, informasi bisa diberikan jauh sebelum masa kehamilan. Seperti diketahui, masa 1.000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) perlu dipersiapkan dengan matang oleh calon ibu dan calon ayah. Bidan memberikan informasi tentang makanan yang tepat untuk ibu hamil dan janis, makanan apa saja yang tidak layak konsumsi, serta pola makan seimbang. Informasi ini tidak hanya diketahui oleh calon ibu, tapi calon ayah juga perlu mengetahuinya.

Mengapa harus tahu jauh sebelum kehamilan? Generasi yang cerdas dan sehat perlu disiapkan sejak dini. Langkah awal yang perlu disiapkan adalah kesehatan ibu. Ibu yang sehat akan berpengaruh ke kondisi kesehatan anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu selalu update informasi tentang gizi dan kesehatan anak. Orang tua bisa aktif bertanya ke bidan atau tenaga medis apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Saat hamil, pemenuhan gizi untuk dua orang, yaitu ibu dan janin. Bukan hanya soal kuantitas makanan, tapi juga kualitas gizi makanan.

Konsumsi kental manis khususnya. Dampak buruknya adalah stunting, obesitas, dan diabetes. Dampak buruk konsumsi kental manis memang tidak langsung terlihat. Terkadang dampaknya baru dirasakan dalam jangka panjang. Dr. Dr. Tubagus Rachmat Sentika Hasan, Sp.A, MARS mengatakan dalam webinar pada 27 April 2017, orang tua harus peka dengan kondisi dan perubahan tubuh anak. Misalnya berat badan anak, perkembangan tubuh, fungsi organ tubuh, dan sebagainya. Masalah stunting adalah masalah serius. Stunting berhubungan dengan sistem kerja otak dan mempengaruhi perkembangan kecerdasan pada anak. Maka, sebagai langkah awal, orang tua berperan aktif dalam menjaga tumbuh kembang anak. Tentu saja perlu juga peran bidan sebagai penyampai informasi ke para orang tua.



Sudahkah peduli dengan anak-anak di sekitarmu? Tidak hanya anak kandung sendiri, tapi juga anak saudara, anak teman, maupun anak tetangga. Apa yang anak-anak konsumsi tentu tidak lepas dari peran orang tua dan orang terdekatnya. Mulailah dari hal sederhana, misalnya menyampaikan informasi terkait konsumsi kental manis ini (kemasan saset maupun kaleng). Kental manis bukanlah minuman, bukanlah susu. Dengan berbagi informasi ini, kamu turut serta dalam mencerdaskan generasi bangsa. Salam sehat!