Senin, 05 Oktober 2020

Ngangkring

Menepi sejenak di sebuah angkringan, di kawasan Malioboro. Sebuah lagu terdengar. Bibirku pelan mengiringi lagu "Pupus" Dewa 19 itu.

"Kapan terakhir pulang?" tanyaku. Kopi hitam ala angkringan diseruputnya pelan-pelan.

"Hari Raya kemarin." Dia nyalakan sebatang rokok. "Maaf. Ngerokok dulu," ucapnya. 

"Kuliah lancar?" Aku kembali bertanya dengan rasa penasaran.

"Lancar. Ngamen nih pas nggak kuliah. Ngisi waktu aja, Kak," jelasnya.

Sabtu Minggu Jogja dipenuhi bus dan mobil plat luar kota. Malioboro, pusat wisata Jogja yang selalu diriuhi wisatawan lokal dan asing. Terkadang heran, kok bisa mereka betah berlama-lama di Malioboro? Kadang sekadar duduk. Kadang sibuk menawar harga di deretan penjual oleh-oleh. Kadang menikmati kuliner. Tidak perlu heran juga, sih. Aku pun betah berlama-lama di sini.

Segelas kopi dan tiga gorengan seperti sesaji. Sebenarnya tidak lapar. Hmmm..., rasanya ada yang kurang kalau tidak mampir dan ngopi di angkringan.

Di angkringan ini pula, aku memulai obrolan dengan si pengamen, pemuda 20-an tahun. Berawal dari ketidaksengajaan mendengar perbincangan berbahasa Banjar dengan temannya. Samarinda, dia menyebutkan kota asalnya.

"Kakak kuliah juga?" Dia bertanya.

"Kerja."

"Wah, jarang-jarang orang Banjar kerja di Jogja, Kak," katanya.

"Hehehe, biar imbang. Orang Jawa ke Banjar. Orang Banjar ke Jawa. Biar populasi merata," candaku.

"UMR di sini, kan, kecil, Kak. Kok mau, sih?"

"Ngamen dapat berapa sehari?"

"Kalau lagi rame banget, bisa dapat 100 ribu sehari. Bagi dua sama teman. Kalau sepi, 20 ribu untung banget," jelasnya.

"Himung, lah?"

"Himung. Lumayan bisa beli rokok. Hahaha...."

"Nah, itu intinya. Himung. Bahagia dapat sedikit atau banyak. Bahagia meski UMR rendah. Tapi, ya lebih bahagia dan ngarep sih UMR-nya naik. Hahaha...."

Kami tertawa. Entah menertawakan Malioboro yang selalu ramai di akhir pekan. Entah menertawakan gelas kopi yang sisa ampas. Entah menertawakan UMR yang ogah naik kasta. Nikmati saja selagi di Jogja.


Jogja, 021020


*Himung: Senang (bahasa Banjar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar