Senin, 27 Juli 2020

Perbincangan Kiri dan Kanan



Melangkahlah segera. Selepas pandang, waktu serupa parang. Menebas yang gamang. Menakuti yang pura-pura." Si kiri blingsatan. Tak sabar ia segera beranjak dari aroma rerumputan dan lengang yang kian telanjang.

"Sabarlah sebentar, duhai pasangan. Meski begitu parang, waktu juga perlu jeda untuk mengasah kekuatan. Yang gamang belum tentu tak punya tujuan. Yang pura-pura belum tentu rapi menyimpan gelana." Si kanan terkesima dengan bayangan jemarinya di bening telaga. Seekor ikan mendekat.  Hap! Jempolnya digigit. Si kanan kaget. Ia berkelit. Lupa itu sekadar bayangan.

"Hah! Lihat, cuma bayangan yang digigit. Kukumu mengernyit, tapi kau pura-pura tak sakit. Angin sore mulai sembunyi di balik rerumputan. Menggelitiki telapak kaki dengan gigilnya. Bukan geli, tapi aku hampir gila menunggu kau segera memulai kisah, memulai langkah, memulai irama."

"Bukankah tak harus aku yang mengawali? Kuserahkan misi ini. Silakan ikuti waktu yang tanpa kompromi." Si kanan mengais-ngais rerumputan. Tiada aroma tanah sore ini. Seekor burung singgah di tepi. Ulat-ulat dan serangga mencari tempat sembunyi.

"Tak bisa begitu. Ini tugasmu. Yang kanan lebih dulu. Begitulah aturan baku."

Senja hampir berakhir. Kiri dan kanan masih beradu pikir. Hingga pekat ini malam. Hingga rerumputan gigil kebasahan. Hingga waktu sebenar-benar parang. Menebas yang enggan melanglang.

Jogja, 260720


*Belum telat kukira. Cuma sehari saja. Selamat Hari Puisi Indonesia!

Selasa, 21 Juli 2020

Aku Ingin Menjadi Sapardi

"Setiap kali ada yang bertanya apa inginku
Kujawab aku ingin menjadi Sapardi"

Lelaki bermata puisi selalu berkata begitu
Saat aku mulai mencari-cari
Sebait puisi di sepiring nasi

"Aku ingin menjadi Sapardi
Meski kata-kata kian hujan dan beku"

Lelaki bermata puisi gigil dalam tunggu
Aku masih mencari-cari
Puisi di remahan waktu

"Aku ingin menjadi Sapardi
Tak peduli tafsir menelanjangi puisi"

Aku ingin menjadi Sapardi
Kutiru kata-kata itu
Kuulang-ulang serupa mantra paling jitu
Terburu-buru memilah puisi
Mengeruk berbukit-bukit duri
Melubangi tiap jejak yang ragu
Puisi-puisi rengat di nadi

Aku ingin...?
Rupanya puisi angin
Mengetuk pintu
Lalu sembunyi di likatnya sepi
Mengabadi seperti Sapardi
Mengabadi seperti lelaki bermata puisi

Jogja, 210720



Minggu, 05 Juli 2020

Pentingnya Pengetahuan Gizi Anak bagi Calon Ibu dan Calon Ayah


“Kok dikasih kental manis sih? Susunya habis?” tanyaku beberapa tahun lalu ke seorang saudara yang sedang menuangkan kental manis ke botol dot anaknya. Si anak baru berusia 3 tahunan.
“Nggak apa-apa. Kan susu juga,” jawabnya.
“Emang boleh? Kan manis banget,” sahutku.


Dulu aku tidak tahu apa-apa perihal kental manis. Aku diam saja dan tidak memberikan penjelasan apa pun. Nah, beberapa tahun kemudian baru aku ngeh. Kental manis bukanlah susu, melainkan gula yang dikasih sedikit susu. Jadi, kandungan gulanya lebih banyak.

Orang tua (ayah dan ibu) harus “melek” pengetahuan gizi dan nutrisi dan anak, khususnya soal makanan dan susu yang tepat diberikan sesuai usia anak. Dari pengalamanku di atas, jelas saudaraku itu tidak mengetahui perihal kental manis yang ternyata bukan susu. Konsumsi kental manis pada anak usia bayi dan balita sangat berdampak pada kesehatannya, lho. Misalnya, menyebabkan penyakit diabetes, obesitas, dan stunting.


Stunting ini permasalahan yang sering terjadi. Stunting adalah gagal pertumbuhan tubuh dan otak anak sebab kekurangan gizi. Di dunia, 1 dari 3 anak mengalami stunting, di 3 wilayah. Di Indonesia, angka stunting lumayan tinggi, yaitu peringkat ke-5 di dunia (berdasarkan data tahun 2013). Stunting ini mempengaruhi kesehatan anak. Dampaknya, anak mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, mengalami penyakit pola makan, fungsi tubuh tidak seimbang, serta postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.


Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya stunting? Menurut Dr. Tria Endah Astika Permatasari, ada 3 kunci utama mencegah stunting, yaitu pola asuh, asupan makanan, dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Pola asuh mencakup sehatnya psikologis orang tua dan anak serta pengetahuan gizi. Asupan makanan mencakup tercukupinya gizi yang seimbang dan cara mengolah makanan yang tepat. PHBS ini mencakup ketersediaan air bersih, selalu mencuci tangan, dan jamban keluarga.

Dalam webinar Nutrisi Keluarga tanggal 30 Juni 2020 kemarin, Vera Itabiliana Hadiwdjojo, S.Psi. menyampaikan pentingnya kesehatan psikologis orang tua (ayah dan ibu) dalam dunia parenting. Terutama si ibu. Cukup banyak ibu yang mengeluhkan permasalahan mental pasca melahirkan. Di keseharian kita pun sering menemukan ayah dan ibu yang sepertinya “belum siap” memiliki anak. Kesiapan ini tentu saja dimulai dari ayah dan ibu dulu. Orang tua perlu sehat mental dan fisik dulu untuk mengasuh si anak.

Berikut dijelaskan secara rinci mengenai cara pengolahan makanan yang tepat.


Tidak hanya pengetahuan gizi anak, seorang ibu juga harus tahu nutrisi untuknya sendiri selama mengandung. Seperti yang kita ketahui, 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) itu berperan penting untuk menghasilkan generasi emas. 1.000 HPK dimulai saat janin di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.

DR. Dr. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A.,MARS mengemukakan, calon ibu harus memenuhi kebutuhan gizinya serta janin di dalam kandungan. Gizi lengkap yang diperlukan adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, serta air. Selama di dalam kandungan, janin memerlukan asam folat, vitamin D3, vitamin D6, zat besi, serta gizi lengkap di atas. Tentu saja, si ibu harus rutin memeriksakan kandungannya selama hamil minimal 4 kali.

Bagi calon ibu dan calon ayah, yuk persiapkan dari sekarang demi melahirkan calon generasi emas 2045 yang sehat dan berkualitas. Ayah dan ibu yang siap dan sehat akan menghasilkan generasi yang sehat pula.

Rabu, 01 Juli 2020

Sensasi Hangat dan Dingin di Seduhan Vietnam Drip



Aku sibuk membolak-balik buku menu. Lumayan beragam menu kopi yang ditawarkan. Mau kopi panas ada, kopi dingin juga ada. Kopi pahit ada, kopi manis juga. Yang tidak ada itu mesin fotokopi dan kopinang aku dengan kebun kopi. Halah! Ujung-ujungnya pesan americano atau cappuccino, pikirku. Tapi, pengin juga mencoba jenis kopi lain.

“Pesan apa?” tanya teman.
“Hmmm....” Masih bingung. Kembali kubaca daftar menu. “Aku  mau cobain vietnam drip deh,” ucapku.
“Hati-hati ada sianidanya, lho,” canda teman.
Teringat kasus kopi Vietnam pada tahun 2016 silam. Bukan karena rasa kopinya, melainkan kasus pembunuhan lewat secangkir kopi vietnam. Si pembunuh membubuhkan sianida ke dalam kopi.
“Kopinya mau robusta atau arabika?” tanya barista.
“Robusta,” sahutku.


Bagi yang tidak terlalu suka kopi rasa asam, lebih baik pilih robusta saja. Arabika lebih asam daripada robusta. Vietnam drip berarti proses atau metode seduh kopi dengan cara mengekstraksi kopi lewat tetesan. Vietnam drip menggunakan alat filter yang terbuat dari stainless steel. Bentuknya seperti tabung. Alat ini diletakkan di atas gelas. Gelas sudah berisi kental manis.


Kopi vietnam drip sudah terhidang di meja. Oh ya, jangan sekali-kali memegang alat filter dan membuka tutupnya, ya. Panaaas! Tunggu hingga kopi tidak menetes lagi (sekitar 5 menit), baru bisa dibuka. Setelah dibuka, tekan bubuk kopi dengan alat plunger. Plunger ini ada di dalam tabung filter. Pokoknya tekan hingga tetesan terakhir. 


Setelah itu, baru angkat seperangkat alat shalat dan emas 500 gram dibayar tunai, eh! Angkat seperangkat alat vietnam drip dari gelas, lalu taruh di piring. Aduk kopi hingga kental manis menyatu dengan kopi. Bagaimana cara menikmatinya? Pertama, setelah diaduk, nikmati kehangatan kopi. Karena proses filter tadi, tentu saja kopi ini tak lagi panas. Hanya hangat. Nah, nikmati kehangatan kopi beberapa seruput. Ada hangat, ada dingin. Tuang sisa kopi ke gelas yang berisi es batu. Diamkan sebentar hingga dingin sempurna. Seruput hingga ludes. Hangat dan dingin menyatu di segelas kopi vietnam drip.


Kopi vietnam drip sisa setengah gelas. Lagu Aku Tenang-nya Fourtwnty mengalun. Menikmati kopi vietnam drip benar-benar perlu ketenangan menunggu setiap tetes demi tetes kopi. Biar apa? Biar bisa berlari-lari di taman mimpiku. Imajinasi t’lah menghanyutkanku. *Malah nyanyi* Setiap metode pembuatan kopi punya keunikan dan cita rasa sendiri. Tentu saja aku penasaran terus mencoba berbagai seduhan kopi. Selamat ngopi!


Pengalaman ngopi 2,5 tahun lalu di Kedai Kolega, Gedongkuning, Yogyakarta.