Senin, 31 Juli 2017

Apa yang Mesti Dilakukan Ketika Berkunjung ke Desa Wisata?


Perjalanan ke desa wisata itu perjalanan satu paket. Kita tidak hanya mengunjungi tempatnya, melainkan penghuni desanya dan segala yang berkaitan dengan adat istiadat desa. Beda halnya dengan berwisata ke pantai, misal. Beberapa orang mungkin cukup dengan menikmati keindahan pantai, tak perlu mengenal penduduk sekitar dan budayanya.

Setiap desa wisata punya ciri khas masing-masing. Selain ciri khas yang bersifat material (arsitektur dan sebagainya), ciri khasnya adalah budayanya. Contoh, desa wisata di Jogja tentu berbeda sekali dengan desa wisata Badui.

Apa saja sih yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan ketika berkunjung ke desa wisata?

1. Sebelum mengunjungi desa wisata, sebaiknya cari tahu seluk-beluk desa wisata tersebut. Info bisa didapat lewat searching di Google atau tanya teman yang pernah ke sana. Paling tidak, kamu tidak gagap dan kaget ketika sampai di desa wisata tersebut.

2. Kendalikan diri. Jika melihat sesuatu yang asing dan di luar kebiasaan kita, jangan buru-buru berkomentar. Kendalikan lidah yang tak bertulang itu. Hargailah adat dan budaya setempat.

3. Ini yang penting, jangan meninggalkan sesuatu apa pun kecuali jejak. Jangan meninggalkan sampah, coretan, dan lain-lain.

4. Rugi deh ke desa wisata tidak sekalian mengenal penduduk desanya. Silaturahmilah dengan penduduk desa. Akrabkan diri dan gali pengalaman sebanyak mungkin.
Salah satu desa wisata di Malang. 
(Sumber: https://travel.dream.co.id/destination/wah-ada-desa-wisata-keren-di-malang-170411w.html)

5. Soal bahasa. Jika kamu tidak bisa berbahasa asli penduduk desa wisata, gunakan saja bahasa Indonesia. Jika kamu tidak terlalu lancar bahasa aslinya, tetaplah berbicara dengan bahasa Indonesia saja. Karena kadang tidak paham apakah bahasa yang digunakan sudah bahasa halus atau bahasa umum (bahasa kasar). Intinya jangan sotoy, ya. 😄 Tapi, kamu juga bisa belajar bahasanya, lho. 

6. Kalau kamu punya uang lebih, belilah produk yang dijual di desa wisata tersebut. Terkadang penduduk desa punya produk home made sendiri, baik kerajinan maupun makanan. Masih mikir mahal? Beli kuota berkali-kali juga bisa, masa beli hasil karya penduduk desa demi perekonomian desa saja tidak mau? 😄
Pusat gerabah di Desa Wisata Kasongan (umber: http://www.lihat.co.id/wisata/desa-wisata-kasongan.html)

7. Jika punya waktu lebih, menginaplah di desa wisata. Itu pun jika ada fasilitas penginapan atau izin dari warga setempat. Menginap di satu daerah membuat kita lebih mengenal habit penduduknya, mengenal lebih jauh adat dan budayanya.

8. Berkunjung ke desa wisata itu tujuannya intinya ya refresh pikiran. Lepaslah gadget selama berkunjung, kecuali untuk keperluan dokumentasi bolehlah. Usahakan sesantai mungkin, tidak dikejar-kejar e-mail kerjaan, misal. 😂

9. Tidak semua desa adat itu desa wisata, lho. Tidak semua penduduk desa adat tampak welcome dengan pengunjung. Jadi, bersikaplah sewajarnya saja. Ramah dan sopan.

10. Berpakaianlah yang sopan dan pantas.

11. Jangan menolak pemberian warga. Disuguhi makanan ya dimakan. Usahakan jangan ditolak.

12. Saat ingin melakukan sesuatu, minta izinlah. Misal, ingin masuk ke rumah yang unik, izin dulu ya. Taati aturan yang ada di desa wisata.

Ada yang mau menambahkan?

Jumat, 21 Juli 2017

Hujan di Beranda



Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/43136108905942599/

Mungkin aku terlalu lelah menunggu bayang hujan
Mengajakku menari seperti Rumi yang rindu pertemuan
Mungkin juga aku terlalu lelah menghirup aroma kopi
Sebab pahit telah terganti gigil yang pasrah di tanah kepulangan
Dan kisah-kisah dari mulut ke mulut
Lama berdiang di antara deretan buku-buku lama
Berdebu dan tak tahu kapan terakhir dicumbu mata mabuk

Mungkin beberapa detik setelah tempias menampar jendela
Aku lupa menggigit sepotong singkong rebus
Sementara dari dapur teriakan seorang ibu tak lagi terdengar
Beranda menjadi teramat asing
Suara penyiar di radio mendadak menggelikan
Tak lagi semerdu saat ia sampaikan pesan dari balik pintu kamar
Oh, hujan membuat sunyi sibuk sendiri

Jogja, 150717

Senin, 10 Juli 2017

Dari Wisata Sungai di Siring Tendean Hingga Makan Malam di Pusat Kuliner Baiman


Tiga tahun lalu tempat ini biasa-biasa saja. Aku pun jarang mengunjunginya secara khusus. Kalau lewat mah sering banget. Namun, sekarang kawasan Siring Tendean yang berseberangan dengan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin ini mulai tertata apik dan ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun luar daerah/negeri. Sehabis Lebaran kemarin dua kali aku Siring Tendean. Nggak pernah bosen nih.
 
Dulu, yang aku ingat, Sungai Martapura tampak kotor. Aku cukup sering menaiki kelotok untuk perjalanan lumayan jauh ke Tamban, tempat tinggal acil (tane). Sekarang sudah lebih terawat. Di kawasan ini juga dibangun Menara Pandang, tempat yang dibuat khusus untuk memandang kawasan sekitar sungai. Namun, sampai sekarang aku belum pernah naik ke menara pandang karena selalu ditutup. Beberapa komunitas sering tampak berkumpul di area sekitar Menara Pandang.


Maafkan kenarsisan saya. ^_^

Tak jauh dari Menara Pandang, ada pasar terapung mini. Kusebut mini karena nggak seluas Pasar Terapung Kuin dan Pasar Terapung Lok Baintan. Awalnya, para pedagang berjualan di atas jukung (perahu tanpa mesin), tapi sekarang sudah dipindah ke atas lanting (rakit kayu). Kebanyakan sih berjualan buah-buahan lokal seperti limau (jeruk), pisang, sirsak, jajanan khas Banjar seperti lupis, apam, lamang, serta makanan berat seperti soto banjar, lontong, ketupat kandangan, dan nasi kuning. 


Beli jeruk dan makan lupis di Pasar Terapung Siring Tendean

Di dekat pasar terapung ini berjejer kelotok (perahu mesin). Para pengunjung bisa menaiki kelotok dan menikmati perjalanan sungai selama kurang lebih 15 menit dengan membayar harga tiket sebesar Rp 5.000/orang. Cukup murah, ya. Penumpang kelotok pun bebas memilih apa mau duduk di dalam kelotok atau di atap kelotok. Lebih enak memang di atap kelotok karena lebih leluasa memandang sekitar sungai. Tapi, bagi yang bawa anak kecil, harus dijaga benar, ya. Takut kecebur.


Ke Banjarmasin nggak afdol kalau nggak cobain makan soto Banjar di atas kelotok

Hal yang unik dan menarik di dekat pasar terapung adalah patung maskot Kalimantan Selatan, yaitu bekantan. Ada yang tahu apa bekantan? Itu lho sejenis monyet berhidung panjang yang lihai berenang menyelam dan berenang. Hewan ini sudah sangat langka dan sulit sekali ditemui karena hutan tempat tinggalnya mulai rusak. Bekantan dikenal suka sekali memakan buah rambai.
 
Ini di bekantan. Buah yang dia pegang buah rambai, buah hutan khas Kalimantan
Di dekat Menara Pandang, berjejer para pedagang makanan dan mainan. Jalan-jalan sambil wisata kuliner tentu jadi pilihan setiap orang. Siring Tendean bisa kamu jadikan destinasi selanjutnya. Bagaimana cara menuju Siring Tendean? Gampang banget. Siring Tendean terletak di tengah kota Banjarmasin. Kalau dari Bandara Syamsudin Noor, jaraknya sekitar 30 km. Oh ya, di Banjarmasin sudah transportasi online Go*ek. Mau ke mana pun jadi gampang. Kemarin aku pas mudik, ke mana-mana naik Go*ek. Yah, nggak di Jogja, nggak di Banjarmasin, transportasinya online. 

Wisata sungai di Banjarmasin memang sedang mengalami perkembangan. Pemerintah terus berupaya memperbaiki sistem dan kualitas pariwisata di Banjarmasin. Tata kota Banjarmasin pun sudah mulai baik, lho. Bagi perantau yang lama nggak mudik, jangan kaget melihat perubahan besar kota Banjarmasin, lho. Di area Jalan A. Yani sudah tampak hijau dan segar dipandang mata.
 
Makan malam di Pusat Kuliner Baiman.
Sepulang dari Siring Tendean, aku singgah di Pusat Kuliner Baiman di dekat fly over Gatot Subroto, sekitar 1 km saja dari rumahku. Semua pedagang kaki lima yang dulu berjualan di sepanjang Jalan A. Yani sudah dipindahkan di Pusat Kuliner Baiman. Pantas saja Jalan A. Yani km 1-6 kelihatan lebih rapi, ya. Pusat kuliner yang buka dari jam 3 sore hingga tengah malam ini nggak pernah sepi. Tempat parkir selalu penuh mobil dan motor. Variasi makanan yang dijual memang sangat beragam, jadi orang-orang lebih memilih Pusat Kuliner sebagai tempat makan bareng.

Kayaknya aku masih gagal move on dari libur panjang kemarin nih. Masih terngiang-ngiang gemuruh mesin kelotok dan kelezatan makanan khas Banjar. Tentunya, tak ketinggalan, masih saja rindu sama keluarga dan kampung halaman. Bagaimana ceritamu liburan kemarin, Kawan? Semoga selalu bahagia, ya. Amiiin.

Jogja, 110717