Jumat, 14 Oktober 2016

Liburan Asyik Bersama Kain Shibori

Bicara tentang liburan tak hanya soal pantai, gunung, candi, apalagi ke mall sambil cuci mata lihat cowok-cowok ganteng. Eh! :p Liburan juga nggak mesti ke tempat jauh dari jangkauan yang memerlukan dana melebihi jumlah mantan. Liburan itu macam-macam, yang penting bertujuan merefreshing pikiran dan hati yang lelah dikejar kenangan. Eaaa…. Sebagai seorang karyawan full time dari hari Senin sampai Jumat, liburan bagiku menjadi agenda wajib. Kalender barang yang selalu jadi korban keisengan jemariku melingkari tanggal demi tanggal. Weekend panjaaang itu seperti surga.
Bergaya dengan kain shibori. :v

Bagi kamu yang tinggal di Yogyakarta, kayaknya nggak bakal ada tempat yang nggak asyik dikunjungi kapan pun. Nah, ada satu alternatif liburan yang menyenangkan dan murah meriah adalah mengunjungi desa wisata, desa budaya, beberapa event yang berkaitan dengan budaya, juga tempat-tempat kreatif. Di daerah lain juga banyak sih, misal kalau di Banjarmasin itu mengunjungi ruma-rumah pengrajin kain Sasirangan.
Yup, kebetulan banget kemarin aku diberi kesempatan sama seorang teman ikut mengunjungi satu desa budaya di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, yaitu Desa Sendangagung. Selengkapnya bisa baca di sini, ya. Nggak perlu ribet beli tiket bus, tiket kereta, atau tiket pesawat. Cukup numpang mobil si teman bernama Rian ke Desa Sendangagung (sungkeeem ke Rian ^_^ ), sampailah di Desa Sendangagung. Setelah dari Sabtu siang sampai Sabtu malam kami nonstop menonton pertunjukan budaya, Minggu pagi jelang siang kami diajak mengunjungi rumah Mbah Kiyat (yang sebenarnya masih muda, jauh dari kata mbah), pengrajin kain Shibori.
Apa itu kain Shibori? Kata anak Mbah Kiyat yang ternyata masih muda dan masih kuliah (uhuk!), shibori mengambil istilah dari bahasa Jepang. Lebih lengkapnya, shibori atau shiborizome adalah teknik mewarnai kain dengan cara diikat, dilipat, ataupun disimpul, lalu dicelup ke pewarna kain. Di dunia Barat, shibori dikenal dengan istilah “tie dye” (jadi ingat nama penulis novel. #abaikan).

Kemarin dapat link tulisan tentang teknik shibori. Ada di link ini http://simplyoshin.blogspot.co.id/2012/01/shibori-japanese-dyeing-method.html. Mengutip dari tulisan tersebut, teknik shibori sendiri ada beberapa teknik. Pertama, kanoko shibori, yakni dengan cara mengikat kain. Kedua, kumo shibori, yakni dengan cara melipat dan mengikat kain. Ketiga, nui shibori, dengan cara dijahit (ini mengingatkanku pada kain Sasirangan yang tekniknya dengan cara dijahit sesuai pola). Keempat, arashi shibori dengan cara membungkus kain dengan pipa. Kelima, itajime shibori dengan cara menjepit kain dengan dua buah kayu dan diikat.

Sekilas teknik pembuatan kain shibori ini mirip kain jumputan, ya. Tapi, keduanya berbeda. Kalau dilihat sekilas sih, pembuatan kain shibori lebih gampang (lihat doang, belum praktik sendiri :D ). Uniknya, dalam pembuatan kain shibori meski teknik ikat dan lipatnya sama, pola dan warna yang dihasilkan selalu berbeda alias tidak 100% mirip. Ini karena proses pewarnaan dilakukan secara manual dan tergantung proses peresapan pewarna ke kain. Jadi, jangan takut kalau ke acara kawinan mantan batikmu mirip sama pasangan mantan, misal. Pasti ada bedanya, kok. #mantanlagi :v
Liburan ala blogger, blusukan ke Desa Sendangagung.

Liburan yang menyenangkan itu simple, kan? Yang penting hati senang, teman bertambah, silaturahmi tambah erat, dan kenal dengan masyarakat di desa. Aku dan teman-teman blogger puas dengan kunjungan ke rumah Mbah Kiyat. Makasih banyak, Mbah Kiyat. Makasih banyak, istri Mbah Kiyat, anak-anak Mbah Kiyat bernama Mukti dan… (Haha, lupa nama anaknya yang cowok dan mahasiswa itu). Makasih juga tokoh-tokoh desa yang sudah memfasilitasi kami selama menginap semalam di Desa Sendangagung.
Penasaran dengan kain shibori? Harga kain ini Rp 125.000/lembar, dengan ukuran 100 x 200 cm. Yuk, kepoin aja Twitter @shiborikiyatmbah



3 komentar:

  1. pernah cobain ikut workshop singkat Shibori. Lumayan susah juga padahal cuma bikin selembar saputangan hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ngelihatnya gampang, pas nyoba lumayan ribet ya, mbak. hehe

      Hapus
  2. Brp lama durasinya untuk belajar shibori di tempat mbah kiyat kmrn mbak?

    BalasHapus