Selama
ini yang saya ketahui dari Bali adalah pantai dan pulau. Saya tak pernah terpikir bahwa ada pesona lain dari Bali. Danau Batur dan Gunung Batur adalah
pesona Bali yang tak terbantahkan dan membuat saya gagal move on ingin menikmati
pemandangan Danau Batur dan Gunung Batur lagi.
![]() |
Toya Devasya dengan pemandangan Danau Batur dan Gunung Batur. |
Dua malam
menginap di The Ayu Kintamani Villa, Batur, benar-benar membuat saya refresh dari
segala kesibukan kantor. Lebih-lebih lagi saya bisa menikmati pemandian air
panas murni di Toya Devasya Natural Hot Spring & Camping Resort, pemandian air panas yang satu paket dengan The Ayu
Kintamani Villa. Di tempat inilah, dulu mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengadakan rapat dan menghasilkan keputusan penting.
Ada
keunikan tersendiri dengan vila dan pemandian yang berada tepat di Toya Bungkah, di tepi Danau Batur ini. I Ketut Mardjana, owner Toya Devasya, mengatakan bahwa pembangunan
vila dan pemandian ini tidak merusak alam dan mengikuti topografi tanah.
![]() |
Ngeksis dulu di tepi danau. |
Batu-batu
besar tampak kokoh di beberapa sudut jalan. Begitu juga pepohonan besar yang entah
sudah berumur berapa tahun masih berdiri dengan gagahnya. Bukan alam yang
menyelaraskan bangunan, tapi bangunan yang harus menyesuaikan dengan alam.
Wah,
pantas saja jalan di kawasan vila dan pemandian ini terasa “membingungkan”. Ssst, saya pernah bingung, lho, menuju kamarku karena jalannya
yang belok sana-belok sini. :D
“Satu
lagi, air pemandian ini sangat murni dan tidak berbau belerang sama sekali,” lanjut
I Ketut Mardjana.
Ini dia
primadonanya, air panas! Saya sampai tidak ingat waktu ketika mandi di bawah
pancuran air yang kecil dan yang besar! Padahal, waktu itu hampir jam check out
dari vila. :D Serasa sedang terapi air mancur! Beberapa kali mandi di pemandian
air panas, saya menilai pemandian ini paling jempol! Tak berlebihan jika tempat ini saya rekomendasikan untuk wisatawan yang ingin menikmati liburan yang wah. Benar-benar tidak berbau
belerang dan airnya bening sekali. (Kalau dapat pemandangan bule-bule ganteng
berendam, mah, itu bonus. Wkwkwk).
![]() |
Seperti mimpi sampai di tempat indah ini. Lihatlah kabut itu. |
Sebagai
putra Batur, I Ketut Mardjana tahu betul bagaimana membangkitkan wisata di
Batur. Sahabat Jero Wacik dari kecil ini tidak hanya mengandalkan cari
keuntungan ketika memutuskan membuka tempat wisata Toya Devasya ini.
Setelah pensiun
sebagai Direktur Pos Indonesia, I Ketut Mardjana lebih fokus mengurus tempat wisata ini. Dia ingin memberikan manfaat kepada kampung halaman. Dengan
pembangunan vila dan pemandian air panas, dia mencoba membuka mata pencaharian
bagi masyarakat Batur, khususnya masyarakat Desa Kintamani.
Pendapat
I Ketut Mardjana tentang Jero Wacik
Sama-sama berjuang sejak kecil dan sama-sama berkecimpung di dunia pariwisata, tentunya I Ketut Mardjana tahu betul siapa Jero Wacik. Menurut I
Ketut Mardjana, dia belajar banyak dengan sosok Jero Wacik, mantan Menteri
Menbudpar dan Menteri ESDM. I Ketut Mardjana tahu seluk-beluk perjuangan Jero Wacik
dari kecil, dari nol, hingga sukses seperti sekarang. Satu hal yang paling dia
ingat adalah ketika mereka berdua harus memakan jambu klutuk karena tidak ada makanan lain
yang bisa dimakan.
“Sampai
sekarang, setiap melihat jambu klutuk, saya selalu
teringat perjuangan masa sekolah bersama Jero Wacik,” kenangnya. Ketika I Ketut Mardjana melepas saya dan teman-teman menuju Denpasar, tak sengaja dia melihat
jambu klutuk di mobil. “Boleh saya minta jambu itu?” pintanya. Rupanya jambu
klutuk seperti simbol perjuangannya bersama Jero Wacik yang tak akan pernah bisa
terlupakan.
![]() |
Saya, para sobat JW, dan I Ketut Mardjana |
Saya dan
teman-teman mengobrol lebih dekat dengan I Ketut Mardjana setelah makan malam.
Dengan tegas, I Ketut Mardjana mengatakan bahwa dia tahu siapa dan bagaimana
sosok Jero Wacik. Orangnya pantang menyerah, sederhana, dan jujur. “Segala
tuduhan kepada Jero Wacik sangat tidak mungkin. Lagi pula tuduhan itu tidak terbukti di persidangan,” ucapnya.
Menurut I
Ketut Mardjana, Jero Wacik adalah sosok inspirator, sosok yang memberi inspirasi
kepada masyarakat Batur bahwa orang Batur juga bisa mengenyam pendidikan
tinggi. Bolehlah Batur desa yang terpencil dan sebagian masyarakatnya masih
memegang teguh “berdiam di kampung halaman saja”, tapi Jero Wacik mengajarkan
pendidikan harus didapat setinggi mungkin. Untuk mendapatkannya, ya, harus
berani keluar dari desa. Jero Wacik satu-satunya orang Batur, bahkan
satu-satunya orang Bali yang menduduki jabatan tinggi sebagai menteri.
“Bedanya
saya dengan Jero Wacik adalah Jero Wacik sangat tertarik dengan dunia politik,
sedangkan saya tidak,” ucapnya sembari tertawa pelan.
Obrolan
kami berakhir. Satu
kesimpulan yang saya dapat, yakni I Ketut Mardjana dan Jero Wacik adalah dua sosok
yang sama-sama punya andil dalam membangkitkan pariwisata di Bali. Meski
berpendidikan tinggi dan sudah menjelajah berbagai negeri, keduanya tak lupa
dengan asal mereka, tanah Batur yang tercinta.
Jogja, 120516
i wanna go there....
BalasHapus