Mading adalah hal yang terlewatkan
ketika aku SMA. Sekolahku waktu itu tidak menggunakan mading sebagai sarana kreatif
siswa. Pokoknya belum berkembanglah saat itu. Nah, aku lebih mengenal mading ternyata
saat kuliah sembari nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Sssst,
gini-gini wong edan ini pernah nyantri alias mondok, lho. Tapi, jadinya malah
santri mbeling. Hah!
sumber: http://elekjelek.blogspot.co.id/2014/03/me-and-23-stars.html |
Para anak NJ (sebutan santri Nurul
Jadid) menggunakan mading sebagai ajang mengasah ide kreativitas. Apalagi
menjelang hari lahir (harlah)pondok, wih, semua kamar dari berbagai lembaga
(dari SMP hingga SMA) beradu kreativitas. Setiap menjelang harlah selalu
diadakan lomba Kebetulan ketika pertama mondok, aku diangkat sebagai pengurus perpustakaan
asrama. Entah kenapa dulu diangkat jadi pengurus perpustakaan. Apa karena aku
berkacamata atau tampangku penuh buku? Hmmm, tanyakan pada pohon mangga di
depan asrama saja. :p
Jadi, meskipun tidak mengenal mading saat
SMA, saat kuliah aku langsung terjun mengoordinasi pelaksanaan lomba mading
tingkat asrama. Lomba mading ini tidak hanya level asrama, tapi juga level
antarlembaga formal dan level antarasrama. Kebetulan NJ sangat luas. Untuk
santri putri saja ada 5 asrama dengan jumlah santri ribuan. Santri putra pun
jumlahnya ribuan.
Semua peserta lomba saling beradu
karya. Sesi mempersiapkan tema, bahan-bahan, dan sebagainya itu sesi paling
sibuk, deh. Ada yang mengerjakan mading di kamar masing-masing, ada juga di ruang
kelas madrasah. Pembagian tugasnya pun
tertib banget. Si A yang buat cerpen, si B yang menulis puisi, si C yang
menulis opini, si D menulis tips-tips, si E yang membuat gambar, dan lain-lain.
Semua dibuat serba manual, tidak memakai jasa computer. Satu hal yang patut
diacungi jempol. Para santri usia SMP dan SMA (ada juga anggota kamar yang usia
SD) itu sangat mandiri. Beli bahan sendiri tanpa bantuan orang lain. Kalaupun
ada anggota yang sudah kuliah seperti aku, itu sekadar bantu sekadarnya.
Ah, saya jadi kangen suasana lomba
mading menjelang harlah pondok. Sebetulnya tidak hanya lomba mading. Banyak
lomba-lomba lainnya, seperti baca puisi, menulis puisi, dramatisasi puisi,
drama, cerdas cermat, dan sebagainya. Nah, bulan ini bertepatan menjelang
harlah. Entah sekarang apakah variasi
lomba masih sama dengan yang dulu. Harlah NJ diperingati awal Mei nanti. Pasti
para santrinya sibuk mengikuti berbagai lomba. Ada juga lho para siswa dari lembaga formal ikut lomba mading tingkat nasional.
Mading memang sangat layak
dilestarikan oleh lembaga formal ataupun nonformal. Kreativitas generasi bangsa
mesti diasah agar menjadi generasi yang inovatif dan semangat berkarya. Para
siswa perlu penyaluran kreativitas. Lewat mading, para siswa dilatih menuangkan
perasaan dan pikiran. Salam karya.
Jogja,
060416
Setuju! Waktu SMA aku juga anak mading. Ngasah kreatifitas bgt, gimana sih bisa mempercantik tulisan dengan karton dan hiasan-hiasan lainnya.. Hehe
BalasHapusSeru banget ya, Mbak.^_^
Hapusaku guru yg bertanggung jawab atas mading, wah selalu bersemangat untuk melatih anak-anak untuk berkreasi dengan mading
BalasHapusAnak2 memang kudu disalurkan kreativitasnya, seperti mading ini. Salam, bu guru. ;)
Hapus