Rabu, 06 April 2016

Jadikan Mading Sebagai Sarana Berkreativitas



Mading adalah hal yang terlewatkan ketika aku SMA. Sekolahku waktu itu tidak menggunakan mading sebagai sarana kreatif siswa. Pokoknya belum berkembanglah saat itu. Nah, aku lebih mengenal mading ternyata saat kuliah sembari nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Sssst, gini-gini wong edan ini pernah nyantri alias mondok, lho. Tapi, jadinya malah santri mbeling. Hah!
sumber: http://elekjelek.blogspot.co.id/2014/03/me-and-23-stars.html
Para anak NJ (sebutan santri Nurul Jadid) menggunakan mading sebagai ajang mengasah ide kreativitas. Apalagi menjelang hari lahir (harlah)pondok, wih, semua kamar dari berbagai lembaga (dari SMP hingga SMA) beradu kreativitas. Setiap menjelang harlah selalu diadakan lomba Kebetulan ketika pertama mondok, aku diangkat sebagai pengurus perpustakaan asrama. Entah kenapa dulu diangkat jadi pengurus perpustakaan. Apa karena aku berkacamata atau tampangku penuh buku? Hmmm, tanyakan pada pohon mangga di depan asrama saja. :p
Jadi, meskipun tidak mengenal mading saat SMA, saat kuliah aku langsung terjun mengoordinasi pelaksanaan lomba mading tingkat asrama. Lomba mading ini tidak hanya level asrama, tapi juga level antarlembaga formal dan level antarasrama. Kebetulan NJ sangat luas. Untuk santri putri saja ada 5 asrama dengan jumlah santri ribuan. Santri putra pun jumlahnya ribuan.
Semua peserta lomba saling beradu karya. Sesi mempersiapkan tema, bahan-bahan, dan sebagainya itu sesi paling sibuk, deh. Ada yang mengerjakan mading di kamar masing-masing, ada juga di ruang kelas madrasah.  Pembagian tugasnya pun tertib banget. Si A yang buat cerpen, si B yang menulis puisi, si C yang menulis opini, si D menulis tips-tips, si E yang membuat gambar, dan lain-lain. Semua dibuat serba manual, tidak memakai jasa computer. Satu hal yang patut diacungi jempol. Para santri usia SMP dan SMA (ada juga anggota kamar yang usia SD) itu sangat mandiri. Beli bahan sendiri tanpa bantuan orang lain. Kalaupun ada anggota yang sudah kuliah seperti aku, itu sekadar bantu sekadarnya.
Ah, saya jadi kangen suasana lomba mading menjelang harlah pondok. Sebetulnya tidak hanya lomba mading. Banyak lomba-lomba lainnya, seperti baca puisi, menulis puisi, dramatisasi puisi, drama, cerdas cermat, dan sebagainya. Nah, bulan ini bertepatan menjelang harlah. Entah sekarang  apakah variasi lomba masih sama dengan yang dulu. Harlah NJ diperingati awal Mei nanti. Pasti para santrinya sibuk mengikuti berbagai lomba. Ada juga lho para siswa dari lembaga formal ikut lomba mading tingkat nasional.
Mading memang sangat layak dilestarikan oleh lembaga formal ataupun nonformal. Kreativitas generasi bangsa mesti diasah agar menjadi generasi yang inovatif dan semangat berkarya. Para siswa perlu penyaluran kreativitas. Lewat mading, para siswa dilatih menuangkan perasaan dan pikiran. Salam karya.

Jogja, 060416

4 komentar:

  1. Setuju! Waktu SMA aku juga anak mading. Ngasah kreatifitas bgt, gimana sih bisa mempercantik tulisan dengan karton dan hiasan-hiasan lainnya.. Hehe

    BalasHapus
  2. aku guru yg bertanggung jawab atas mading, wah selalu bersemangat untuk melatih anak-anak untuk berkreasi dengan mading

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak2 memang kudu disalurkan kreativitasnya, seperti mading ini. Salam, bu guru. ;)

      Hapus