Kamis, 12 Maret 2015

Shopious dan Ransel Impian


SETELAH mengenal dunia internet, aku mulai terpikir berbelanja lewat online. Awalnya aku tidak percaya dengan toko online karena takut kena tipu. Aku punya banyak teman di dunia kepenulisan yang kukenal lewat Facebook. Suatu hari seorang teman mayaku ada yang membuka toko online. Karena sudah lama kenal dan akrab dengannya, aku mencoba membeli barang darinya. Kebetulan saat itu aku perlu ransel baru. Sejak saat itulah, aku mulai percaya dan yakin pasti ada toko online yang benar-benar jujur dan tepercaya. Lewat rekomendasi teman dan membaca testimoni pelanggan, aku bisa menilai kredibilitas sebuah toko online.
Aku pun mulai keranjingan membeli barang lewat online. Sebenarnya bukan keranjingan karena aku bukan shopaholic, melainkan belanja sesuai keperluan saja. Barang yang kubeli cukup beragam, dari baju, tas, buku, hingga boneka (yang terakhir untuk keponakan, ya, bukan koleksiku). Aku lebih suka belanja online karena prosesnya mudah, tidak perlu bersesak-sesakan di pasar, tidak modal naik angkot (aku tidak bisa naik motor), tidak perlu lelah tawar-menawar, dan bisa membandingkan harga barang lewat searching di internet.
10 Maret 2015 lalu, aku searching jenis-jenis ransel berikut harganya di Google. Aku pencinta ransel dan tentunya ke mana-mana selalu membawa ransel. Ransel lamaku mulai tidak layak pakai. Jelas saja aku perlu pengganti ransel berwarna hitam itu. Aku akhirnya menemukan toko online Shopious. Cukup dengan mengetikkan kata "ransel" di mesin pencarian, aku pun menemukan berbagai macam jenis ransel.
Aku mulai bosan dengan model ranselku yang itu-itu sajaransel hitam dan berbahan biasa. Kali ini aku menginginkan ransel berbahan denim dan berkualitas bagus. Aku ketik "ransel denim" di mesin pencarian. Berbagai pilihan ditampilkan. Wow banget! Barang yang kukehendaki ada! Ransel Blue Shark acid washed denim, resleting dari besi kuat, tiga kali jahitan di tiap sisi, dan furing-nya 90% waterproof, benar-benar pas dengan keinginanku.

Ransel impianku. ^_^
Acid washed denim adalah jenis kain denim yang tampak memudar sebab dicuci dengan menggunakan batu apung dan chlorin (bukan sok tahu, tapi habis tanya ke Mbah Google). Banyak yang beranggapan bahwa kain denim itu semakin kubas semakin bagus dan bernilai nyeni. Ada juga yang mengubaskan kain denim dengan cara tidak cuci selama bertahun-tahun. Kualitasnya jelas sesuai dengan harganya, yaitu 259.000 rupiah. Tapi, harga segitu tetap mahal bagiku karena aku tidak pernah beli ransel seharga di atas 200.000 rupiah. Tapi..., barangnya memang bagus, hanya isi dompet yang belum bagus (mewek bombai).
Iseng aku klik info undian #SHOPIOUSLIKEPROMO di website itu. Ternyata infonya mengarahkan ke link blog Shopious. Daripada mewek bombai karena mesti menabung dulu buat beli ransel denim, lebih baik aku ikutan undiannya. Undian berhadiah barang selama bulan Maret itu memang diperuntukkan bagi orang yang ingin beli barang di Shopious, tapi sedang kena penyakit kanker (kantong kering) seperti aku ini.
Tak kenal, maka tak sayang, begitulah kata pepatah. Aku kembali menelusuri blog Shopious untuk lebih mengetahui seluk-beluk Shopious. Lagi-lagi sebuah kebetulan membuatku tambah bergairah dan bermimpi memiliki tas denim Blue Shark itu. Shopious mengadakan lomba menulis bagi blogger! Aku yang lagi hobi banget menulis di blog, tentu saja sangat tertarik. Hadiahnya pun jelas-jelas bikin bermimpi dan bermimpi. Haha! Cukup dengan mengulas barang yang ingin dibeli di Shopious, maka penulis/blogger berkesempatan mendapatkan hadiah jutaan rupiah dan barang yang ditulis itu. Bahkan, kita bisa menulis beberapa kali dengan barang yang berbeda. Menakjubkan, bukan? Hobi menulis tersalurkan. Kesempatan mendapatkan barang dan uang secara cuma-cuma terbuka lebar, seperti kunci ketemu gemboknya dan seisi rumah.
Malam ini, kembali aku bermimpi jalan-jalan dengan ransel idamanku, Blue Shark. Salahkah bila kita bermimpi? Tentu tidak jika bermimpi sambil berusaha menyelesaikan sebuah tulisan tentang toko online Shopious dan berhadiah uang jutaan. Aku kembali menelusuri barang-barang di Shopious. Berbagai kebutuhan tersedia di sana, dari berbagai baju, celana, tas, sepatu, aksesoris gadget dan elektronik, aksesoris rumah, berbagai mainan, dan masih banyaaak lagi. Selain itu, yang tidak kalah penting, di website Shopious kita bisa memilih barang sesuai budget kita. Ya, sebenarnya aku bisa saja membeli ransel yang lebih murah (ada yang harganya enam puluh ribuan, lho!), tapi aku sudah jatuh cinta banget dengan Acid Washed Denim “Blue Shark”!
        Mau belanja praktis dan berkesempatan dapat barang gratis? Shopious memang toko online pilihan yang tepat bagi kalian yang suka belanja online! Ingin tahu lebih jauh apa dan bagaimana toko online Shopious? Silakan lihat video di bawah ini, ya. ^_^


Selasa, 10 Maret 2015

Refreshing Murah Meriah

MANUSIA sangat perlu refreshing di tengah rutinitas yang kadang membosankan. Refreshing tidak hanya dilakukan di pantai, gunung, mal, taman, dan sebagainya, tapi bisa juga di sebuah tempat yang jarang dikunjungi. Seperti yang aku lakukan hari Minggu kemarin. Aku secara khusus meluangkan waktu untuk bersesak-sesakan di sebuah pasar tradisonal Banjarmasin, yaitu Pasar Ahad Kertak Hanyar Pal 7.

Gerbang Pasar Ahad. Lupa difoto. Foto ini saja yang sumbernya Google, sedangkan foto yang lain hasil candid sendiri. :D
       Sebenarnya pasar ini buka tiap hari, tapi hari Ahad (Minggu) lebih ramai pedagang dan pembeli. Pasar ini dijadikan tempat finish pelari Banjarmasin, eh, masyarakat Banjarmasin di setiap hari Minggu. Dulu waktu sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, setiap Minggu pagi, aku sering lari pagi bersama teman-teman. Jarak rumah ke Pasar Ahad sekitar empat kilometer. Kalau sekarang, sih, menyerah sebelum bertempur. Paling aku cuma naik sepeda sendirian, naik angkot, atau naik motor dengan adik.
        Jam di ponsel sudah menunjukkan angka sepuluh ketika aku sampai di pasar. Pasar masih ramai. Cuaca panas dan tanah lumayan becek sebab hujan malamnya, tak membuat nyaliku ciut untuk mengelilingi pasar. Berbagai dagangan dijual di sana, dari buah-buahan lokal, hewan peliharaan (ayam, bebek, kucing, kelinci, ikan hias, dan burung), berbagai kuliner khas Banjar, pakaian, peralatan rumah tangga, jasa mainan (odong-odong), dll.
       Aku bergegas mencari makanan dulu karena belum sarapan. Banyak pilihan makanan di sini. Tinggal pilih saja mau penganan atau makanan berat (tentunya harus bayar, ya!). Apam serabi dan lupis (penganan dari ketan) banyak dijual di warung-warung kecil. Kue-kue basah pun banyak macamnya, seperti amparan tatak, patah, kue lapis, jaring (jengkol), dll.... Tak ketinggalan menu sarapan  primadona khas Kalimantan Selatan, yaitu nasi kuning sambal habang dan ketupat kandangan (ketupat berkuah santan dan lauk ikan haruan alias gabus). Kali ini aku tertarik dengan menu makanan lainnya, yaitu bubur ayam di pojok pasar. Aku lihat banyak yang makan di warung itu, jadi perkiraanku mungkin buburnya enak. Ternyata benar-benar enak. Semangkuk bubur habis kulahap.

        Setelah itu, aku berburu buah-buahan lokal dan langka. Kebetulan ada buah bundar, jejantik,  limau kuit, dan ramania (gandaria). Bundar adalah buah khas Banjar dengan warna daging seperti daging manggis, tapi teksturnya lebih kres (renyah). Kulitnya berwarna merah cerah dan rasanya manis agak masam. Jejantik adalah salah satu buah hutan Kalimantan. Ukuran buahnya kecil seperti kelereng. Bentuk dagingnya beruas-ruas dengan warna kuning. Sebuah kenikmatan jika jejantik ini rasanya manis. Rasanya sering kecut alias asam. Buah lainnya lagi adalah ramania atau gandaria. Bila masih muda, kulit ramania berwarna hijau dengan rasa yang sangat kecut. Sering dijadikan bahan membuat sambal terasi.  Bila sudah ranum, kulit ramania berwarna jingga dan rasanya agak manis. Keunikan buah ramania adalah bijinya yang berwarna ungu. Limau kuit, buah jenis jeruk berasa asam ini sering dijadikan bahan campuran sambal terasi. Kulitnya keras, kasar, dan berwarna hijau. Aromanya sangat khas dan segar! Bila tidak musimnya, buah ini sulit didapat di pasaran dan mahal banget, lho.

Berbagai buah-buahan dan kue khas Banjar, termasuk jaring alias jengkol.
Buah bundar, jejantik, ramania, limau kuit, dan nangka kulanda (sirsak).
      Buah lainnya yang kubeli adalah tiwadak alias cempedak. Pernah mendengar ungkapan “cempedak berbuah nangka”? Entah apa artinya ungkapan itu. Yang jelas, tiwadak dan nangka masih satu spesies. Ini dilihat dari kemiripan bentuk buah, dari kulit, daging luar, daging dalam, hingga biji. Tiwadak bagi masyarakat Banjar sangat multimanfaat. Semua bagian buah bisa dimakan, kecuali kulit berdurinya. Daging luar diasinkan menjadi mandai, lauk makan yang rasanya maknyus. Selain enak dimakan langsung, daging dalamnya yang berwarna kuning juga enak dibuat gorengan. Bijinya bisa direbus atau digoreng. Di Kalimantan Selatan lagi musim buah tiwadak. Si raja buah alias durian juga merajai musim buah. Saking membanjirnya, aku sampai enek mencium aroma buah durian. Ups! Bukan enek, sih, tapi karena aku memang tidak suka durian.
        Tanganku sudah penuh bungkusan plastik berisi buah bundar, cempedak, jambu biji merah, dan ubi jalar. Jejantik tidak jadi kubeli. Berdasarkan pengalaman, warna kulitnya yang masih ada garis-garis hijau, membuktikan buah itu sangat asam. Perut kenyang dan keringat mulai membasahi baju kausku. Aku kembali ke gerbang depan pasar. Melewati pedagang-pedagang hewan, aku tertarik mengambil foto hewan berbulu bernama kucing persia. Aku bertanya harga itu kucing kepada penjualnya. Kucing persia berumur dua bulan harganya 600.000, sedangkan yang berumur enam bulan seharga satu juta rupiah. Tidak mungkin aku membelinya (lirik isi dompet).

Ekspresi menggemaskan si kucing persia
 
        Di atas taksi, eh, angkot (orang Banjar terbiasa menyebut taksi untuk semua angkutan umum), aku iseng menghitung total belanjaanku. Cempedak dua kilo 10.000, bundar sepuluh biji 5.000, jambu biji ukuran besar lima biji 15.000, ubi jalar satu plastik 5.000, serta sarapan bubur ayam dan es teh 11.000. Ada yang ketinggalan! Sebungkus kopi bubuk seharga 5.000. Jadi, totalnya adalah 51.000! Perut kenyang, kedua tangan pun penuh bungkusan. Begitu menyenangkan tinggal di negara tropis, Indonesia. <3

Belanjaan murah meriah
Bundar

Bjm, 090315

Selasa, 03 Maret 2015

#FFRabu - Surga


"SURGA di mana, Pak...?"
        Tak ada yang menjawab. Bapak sibuk menggali sumur yang dua bulan ini tak melahirkan titik-titik air. Ibu asyik menadah air matanya dengan selendang kubas, lalu memerahnya ke gelas.
        "Surga di mana, Tuhan???"
        Apakah aku punya Tuhan? Apakah Tuhan seperti mata air? Langka dan dinanti makhluk. Hei, tunggu, jika aku termasuk makhluk, siapa penciptanya? Tuhan juakah yang ciptakan surga? Ah, aku adalah anak hujan yatim piatu. Hujan adalah adalah Tuhanku sekaligus ibu-bapakku.
        Air mata Ibu kering. Sumur semakin dalam, Bapak tak tampak ubannya.
        "Aku melihat surga di jalanan, Bu, di antara laju mobil-mobil mewah. Aku melihat hujan...."

Bjm, 040315

sumber gambar: Google 

Gengsi

Ekspresi Fuza kalau lagi merajuk. :D

"KENAPA Fuza tadi nangis, Kak?' tanyaku saat Kakak menggantung kelambu.
        Fuza dan Safa sudah terlelap di kasur tanpa ranjang itu. Sebelum tidur, Fuza terisak pelan di pelukan Kakak---mama Fuza. Aku lihat Fuza berbisik di telinga mamanya.
        "Fuza pengin ke pasar tungging. Dia ingat janji Mama Haji tadi," jawab Kakak.
        Sehabis Magrib, Mama Haji (sahabat baik Kakak sekaligus kakak angkatku) datang ke rumah dan mengajak Fuza dan Safa ke pasar tungging. Fuza dan Safa tentu sangat mau ke sana.
        Pasar tungging adalah sebutan pasar kaget malam hari di daerahku, Kalimantan Selatan. Disebut pasar tungging karena pedagang menjual dagangannya dengan cara diampar di tanah (tanpa toko), dan ada beberapa pembeli membeli dagangan dengan posisi menungging. Padahal, tidak semua pembeli menungging. Ada yang jongkok, ada pula yang berdiri. Pasar tungging buka seminggu sekali di masing-masing kawasan. Barang dagangan yang dijual pun sangat beragam, mulai dari sembako, pakaian, buku, alat tulis, buah-buahan, sayur-mayur, jajanan, dsb. Bahkan, kadang ada arena tempat bermain anak-anak (odong-odong, kereta api, dll).
        Mungkin Mama Haji lupa, mengira Fuza juga lupa, atau... entahlah, maka setelah makan malam, dia langsung pulang. Saat itu Fuza lagi asyik main game di handphone, di depan televisi. Anak-anak mempunyai memori yang sangat kuat. Janji tetaplah janji bagi mereka. Jangan penah diingkari, apalagi diabaikan.
        "Dia gengsi," kata Kakak.
        "Iya, gengsi menagih janji...," balasku.
        Aku "belajar gengsi" dari Fuza, keponakanku yang berumur lima tahun lebih lima bulan. Siapa bilang gengsi itu negatif? Gengsi itu sikap manusiawi banget. Hanya saja, setiap orang punya kadarnya sendiri. Tergantung cara mengarahkan sikap gengsi itu ke hal positif.
        Fuza gengsi menagih janji karena dia tidak ingin menampakkan sikap "meminta-minta" dan penuh harap kepada orang. Dia hanya ingin si pemberi janjilah yang selalu ingat akan janjinya. Kalaupun janji dibatalkan atau ditunda, haruslah dikomunikasikan/disepakati lebih dulu.

Bjm, 040315

Senin, 02 Maret 2015

Janji Bocah

"Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...." Pinjam liriknya, ya, Bang Iwan Fals. :* :D


SEORANG bocah paling setia sama janji. Begitu pun si Fuza dan Safa, kakak beradik yang umur mereka hanya selisih sebelas bulan. Bulan-bulan pertama masuk TK, kedua keponakanku itu masih ngedot alias minum susu formula pakai botol susu. Tapi, Fuza dan Safa ngedot hanya sepulang sekolah hingga tidur malam. "Hanya"? Oh, tidak, ternyata mereka balas dendam. Jatah susu sama saja dengan saat mereka belum sekolah.
       Kira-kira dua bulan menjelang bagi rapor semester pertama, si Fuza berjanji akan berhenti ngedot setelah bagi rapor. Safa tidak bilang apa-apa. Dua hari setelah bagi rapor, saat mudik, Fuza benar-benar tidak minta minum susu. Anehnya, Safa juga tidak minta susu. Hingga pulang ke rumah pun, mereka berdua seperti amnesia dengan susu, padahal tidak pernah dibujuk. 
         "Nggak mau susu?" tanya Kakak.
         "Nggak. Nggak enak," jawab Fuza dan Safa kompak. 
        Seorang bocah memang sangat menepati janji. Bagaimana pejabat-pejabat? Masa kalian kalah sama bocah? Halah! Ending-nya malah kurang  enak begini, ya.... :v

Fuza dan Safa berfoto setelah bagi rapor.

Minggu, 01 Maret 2015

Beda Pendapat

(sumber: Google)

KETIKA kedua orangtua bertengkar di depan anak-anak, jangan pernah berpikir mereka hanya boneka yang tidak bisa mengerti pembicaraan orang dewasa. Jangan pula menganggap tidak akan ada efeknya. Sungguh itu anggapan yang salah besar! Anak juga manusia, punya hati punya rasa.... Aih, jadi nyanyi, deh. -_- Saya kadang kesal tingkat dewi tercantik di kamar sendiri menyaksikan pertengkaran orangtua di depan anak-anak. Anak-anak memang melongo saja, tapi mereka punya sistem memori yang fresh dan canggih. Mereka menyimpan segala hal yang mereka lihat dengan sangat rapi, lalu mereka ingat dan aplikasikan dalam keseharian mereka. Oleh sebab itulah, banyak ahli pendidikan berpendapat, pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Ya, bermula dari keluarga.
        Pertengkaran orangtua tidak hanya adu piring ataupun adu jotos (Itu, mah, tukang cuci piring lagi main tinju. Pletak!). Ini dia fokus yang saya tegaskan di sini. Pernahkah kita melihat orangtua adu mulut saat menegur anaknya yang melakukan kesalahan? Misal, si ibu menasihati anaknya yang melakukan salah, tapi si ayah membela. Selanjutnya ayah dan ibu adu mulut di depan anaknya mengenai apakah anaknya itu salah atau tidak. Niatnya bagus, tapi caranya jelas keliru banget. Berusahalah kelihatan kompak di depan anak-anak, apalagi saat menasihati anak-anak. Apa tidak boleh berbeda pendapat? Jelas boleh banget. Hanya saja, harus dipikirkan akibatnya. Apabila kedua orangtua menampakkan perbedaan pendapat, ada beberapa kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Pertama, anak merasa tidak salah karena ada yang membela. Kedua, kemungkinan anak lebih mendengarkan orang yang membelanya dan mengabaikan orangtua yang menasihatinya.
        Menahan diri dan komunikasi adalah solusi ketika orangtua berada dalam kondisi seperti di atas. Menahan diri untuk tidak merasa "paling benar", menahan diri untuk tidak menampakkan "ketidakkompakan" di depan anak-anak, dan komunikasikan dengan dada yang lapang. ^_^